Tim PKM-RSH UNS Teliti Strategi Baru Penanganan Temper Tantrum pada Anak Autis

Tim PKM-RSH UNS Teliti Strategi Baru Penanganan Temper Tantrum pada Anak Autis

UNS — Sejumlah  mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) meneliti strategi baru penanganan temper tantrum pada anak autis. Adapun tim PKM-RSH UNS ini terdiri dari Raychana Robbi Rodhiyah yang berasal dari Program Studi (Prodi) Psikologi, Nasywa Salsabila Khairunnisa dari Prodi Psikologi, Maulina Ratih Kusuma Wardani dari Prodi Psikologi, Imron Maulana Aziz dari Prodi Kedokteran, dan Ulimaz Ika Rahmawati dari Prodi Pendidikan Luar Biasa.

Di bawah bimbingan Dr. Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si., tim PKM-RSH UNS membawa judul penelitian “Strategi Penanganan Temper Tantrum pada Anak Autis dengan Metode Pelukan dan Pengaturan Posisi Tubuh”. Ide riset ini berangkat dari pemikiran terkait dengan hadits Rasulullah yang menjelaskan jika dengan berdiri seseorang memungkinkan menyalurkan marahnya dengan memukul, maka dengan posisi duduk peluang tersebut akan berkurang, apalagi dalam posisi berbaring.

“Anak autis yang sedang temper tantrum memiliki kesempatan untuk melakukan hal membahayakan lebih besar ketika dalam posisi berdiri daripada posisi duduk atau berbaring. Kami ingin mencoba menerapkan hadits tersebut untuk penanganan temper tantrum yang terjadi pada anak autis,” tutur ketua tim PKM-RSH UNS, Raychana Robbi Rodhiyah atau yang akrab disapa dengan Ray, Selasa (27/9/2022).

Sebagaimana yang diungkapkan Ray bahwa penelitian ini dilakukan dengan harapan terdapat strategi baru penanganan temper tantrum, dengan penggabungan strategi pendekatan fisiologis dan spiritual yang dapat dilakukan baik oleh orang tua maupun guru. Mengingat bahwa temper tantrum pada anak autis cukup sering terjadi.

“Temper tantrum merupakan salah satu bentuk perilaku anak autis yang eksesif, seperti menjerit, menggigit, memukul, mencakar, merusak barang, menendang, menyakiti diri sendiri atau orang lain. Autism ini dapat memengaruhi berbagai kemampuan seperti sosialisasi, komunikasi, perilaku berulang atau repetitif, emosi, dan gangguan perkembangan lainnya. Hal ini menjadikan temper tantrum tersebut perlu mendapatkan perhatian yang khusus,” tambah Ray.

Meskipun demikian, tim PKM-RSH UNS ini sempat dihadapkan dengan keterbatasan-keterbatasan selama penelitian. Namun, dari sini justru menimbulkan peluang pengembangan untuk penelitian selanjutnya.

“Seperti sepatah kata bahwa penelitian yang baik bukanlah penelitian yang berhenti, jadi harapan kami penelitian ini bisa terus dikembangkan kedepannya. Salam Penelitian!,” tutup Ray. Humas UNS

Reporter: Lina Khoirun Nisa
Redaktur: Dwi Hastuti

Skip to content