Search
Close this search box.

Tips Memilih Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK

UNS — Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) saat ini mewabah di Indonesia. Ribuan hewan ternak dilaporkan positif PMK. Beberapa hewan ternak juga dilaporkan mati akibat penyakit ini. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat terlebih menjelang Iduladha.

Meskipun PMK tidak menular ke manusia, masyarakat tetap cemas dengan merebaknya PMK yang menyerang hewan ternak. Sulistyo, S.T., M.Si., Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Program Studi (Prodi) Peternakan, Fakultas Pertanian (FP), Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menjelaskan PMK sebagai penyakit mulut dan kuku yang diakibatkan oleh virus yang menyerang hewan berkuku belah seperti kerbau, sapi, kambing, kuda, gajah.

Hewan yang terjangkit PMK dapat dilihat dari segi fisik hewan. Pertama, hewan yang terkena PMK lebih banyak mengeluarkan air liur. Jika mulutnya dibuka, terdapat bercak-bercak merah semacam sariawan.

Ciri fisik lain yang menonjol yakni terdapat luka pada kuku hewan. Namun, pada kasus yang lebih berat, kuku hewan dapat lepas sehingga hewan tidak mampu menopang tubuhnya untuk berdiri.

“Penyakit ini kalau untuk orang itu seperti sariawan, jadi tidak mematikan tetapi bagaimana menjaga kondisi ternak itu sendiri untuk mengonsumsi makanan. Kalau orang sariawan kan makannya drop. Kalau pada ternak dibiarkan begitu, kondisi akan semakin parah dan bisa menyebabkan kematian. Tetapi jika dirawat, diberi antibiotik dan sebagainya sehingga nafsu makan tetap terjaga, insyaallah aman,” jelas PLP yang kerap disapa Sulis ini.

Sulis mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir dalam memilih hewan kurban asalkan tahu caranya. Sulis pun memberikan beberapa tips untuk masyarakat yang akan mencari hewan kurban.

“Kita bisa menanyakan SKKH atau surat keterangan sehat dari dokter hewan saat hendak membeli hewan kurban,” katanya.

Cek Kesehatan Hewan Sebelum Membeli

Pertama, saat mencari hewan kurban, cek kesehatan hewan terlebih dahulu. Pengecekan hewan meliputi intensitas air liur, bercak-bercak di mulut, dan kondisi kuku hewan. Jika terlihat gejala PMK, hindari membeli hewan ternak tersebut.

PLP yang juga termasuk juru sembelih halal (Juleha) ini menegaskan akan lebih baik lagi jika ada Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari dokter hewan. Hal itu dapat menguatkan bahwa hewan dalam kondisi sehat.

 Membeli Hewan Saat Mendekati Iduladha

Sulis mengatakan bahwa PMK pada hewan ini memiliki masa inkubasi. Penyakit ini perlu masa inkubasi selama 14 hari. Untuk itu, sangat memungkinkan jika hewan kurban yang sehat saat dibeli tiba-tiba terjangkit PMK karena saat membeli masih dalam masa inkubasi virus.

Karena itulah, Sulis menyarankan agar masyarakat membeli hewan kurban mendekati Iduladha. Hal ini mencegah hal itu terjadi.

“Kita cek dan amati karena penyakit ini sifat inkubasinya 14 hari. Jadi kita lebih aman mencari hewan kurban yang lebih mendekati Iduladha,” jelasnya.

Menghindari Membeli Hewan Kurban dari Luar Daerah

Sulis menguraikan bahwa saat ini distribusi hewan ternak ke wilayah lain diawasi secara ketat. Terlebih lagi hewan-hewan ternak yang ada di zona merah PMK, distribusinya sangat diperketat. Untuk itu Sulis menyarankan agar masyarakat membeli hewan ternak di daerah masing-masing untuk meminimalisasi penularan PMK antarhewan ternak.

Namun, jika ingin membeli hewan ternak di luar daerah, masyarakat perlu memastikan dengan benar kesehatan hewan yang dibeli. Untuk membeli hewan ternak dari daerah lain, perlu ada SKKH dari dokter hewan.

Mengatasi Hewan Kurban yang Terjangkit PMK Saat Disembelih

Jika hewan kurban yang dibeli tetiba terjangkit PMK saat hendak disembelih, Sulis memberikan saran khusus. Berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), hewan ternak yang positif PMK taraf ringan masih sah untuk dijadikan hewan kurban. Namun, hewan yang terkena PMK taraf berat tidak sah dijadikan hewan kurban.

Meskipun sah dan aman, ada perlakuan khusus yang harus ditaati panitia kurban. Bagian-bagian hewan kurban yang terkena PMK harus direbus secara matang sebelum dibagikan. Bagian-bagian yang dimaksud adalah kepala, kaki, dan jeroan.

Pembagian bagian-bagian tersebut juga tidak boleh dicampur dengan bagian yang lain. Hal ini dikhawatirkan akan mencemari bagian-bagian lain seperti daging merah.

“Sesuai dengan fatwa MUI mengenai syarat sahnya hewan terkait PMK itu kita bisa ikuti. Di situ menjelaskan, hewan terkena PMK dalam kondisi ringan sah untuk kurban, tetapi jika terkena PMK tapi berat itu tidak sah,” pungkasnya.

Tips-tips tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih selektif memilih hewan kurban di tengah wabah PMK. Semoga wabah ini segera tertangani dengan baik. Humas UNS

Reporter: Ida Fitriyah
Editor: Dwi Hastuti

Scroll to Top
Skip to content