Transformasi Branding Perguruan Tinggi di Masa Pandemi

UNS – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar acara FISIP Coffee Talks #1 bersama dengan Ikatan Keluarga Alumni FISIP UNS. Agenda tersebut digelar pada hari Sabtu (27/06/2020) melalui Zoom Meeting dengan mengangkat tema Transformasi Branding Perguruan Tinggi di Masa Pandemi.

Agenda tersebut dipandu oleh dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi FISIP UNS, Nora Nailul Amal, S. Sos., M. LMEd., Hons. Terdapat empat pembicara ahli yang mengisi acara yaitu Dr. Drajat Tri Kartono, M. selaku dosen Prodi Sosiologi FISIP UNS dan Staff Ahli Rektor UNS. Pembicara kedua, Rino Ardhian Nugroho, S. Sos. M.T.I., Ph.D. selaku dosen Prodi Administrasi Negara (AN) FISIP UNS. Kemudian Dr. Andre Rahmanto, M.Si selaku dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UNS dan terakhir Abdul Kohar, S. Sos, selaku Direktur Pemberitaan Medcom.id dan Dewan Redaksi Media Group.

Mengawali acara sambutan disampaikan oleh Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si selaku Dekan FISIP UNS. Pada kesempatan tersebut Prof. Ismi menyampaikan terimakasih kepada rekan-rekan dari berbagai universitas di Indonesia yang telah membantu sehingga agenda FISIP Coffee Talks #1 bisa terselenggara dengan baik. Harapannya acara ini bisa dilaksanakan rutin dengan mengangkat tema-tema lainnya.

Materi pertama berjudul “Matinya Branding : Menyoal Perangkingan Kampus di Tengah Badai Covid-19” disampaikan oleh Dr. Drajat Tri Kartono, M.Si. Dimasa pandemi ini, dibandingkan mengejar perankingan lebih baik mulai menjadikan semua ini sebagai strategi. “Hal tersebut dilakukan untuk menunjang posisi tanpa menjadikannya sebagai tujuan utama. Salah satunya dengan memberikan solusi sebagai respon terhadap kondisi saat ini,” ujar Dr. Drajat.

Pada sesi berikutnya Dr. Andre menyampaikan tema “Manajemen Reputasi Perguruan Tinggi di Tengah Krisis Pandemi”. Perlu digarisbawahi jika reputasi dalam pembahasan ini bukan saja pemeringkatan tetapi juga pandangan yang diberikan oleh berbagai stakeholder. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat banyak faktor yang mempengaruhi reputasi dari perguruan tinggi.

“Salah satu problem dimana reputasi kampus di Indonesia sulit untuk dikelola itu karena memang belum jelas kelembagaan siapa yang mengelola reputasi, siapa yang mengelola komunikasi ini. Jadi struktur humas ini berbeda-beda bahkan bervariasi,” jelas Dr. Andre.

Dimasa pandemi ini yang menjadi prioritas untuk menjaga reputasi perguruan tinggi ialah dengan memberikan informasi terkait kesiapan dan kualitas kuliah online, pembayaran kuliah, kepatuhan pada protokol kesehatan, kontribusi terhadap masyarakat dan terakhir terkait riset yang dilakukan untuk menemukan solusi di masa pandemi.

Dari sudut pandang lain diberikan materi terkait “Smart Campus dan Branding Perguruan Tinggi” oleh Rino Ardhian Nugroho, Ph.D. ¬Smart campus sering diasosiasikan dengan perguruan tinggi yang memiliki kemampuan penyediaan layanan teknologi yang baik. Saat ini beberapa kampus baru di Indonesia cenderung menginvestasikan pengembangan kampus dibidang teknologi.

Terkait dengan Covid-19, Smart Campus dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal seperti dalam menyelenggarakan pembelajaran online. Kemudian pendataan mahasiswa juga bisa memanfaatkan kemajuan teknologi ini. Selain itu disebutkan juga dari sisi kesehatan bahwa smart campus mendukung pembangunan kampus yang hijau dan memerlukan banyak cahaya matahari.

“Keadaan Covid ini harus dimanfaatkan oleh beberapa kampus untuk membranding dirinya sebagai “techie campus” atau kampus yang memiliki teknologi tinggi. Kampus yang memiliki kemampuan adaptif dengan berbagai kondisi sehingga bisa meningkatkan daya resilient dalam kondisi-kondisi tertentu,” tutup Rino pada sesinya.

Terakhir materi datang dari Abdul Kohar S.Sos dengan tema “Pandangan Jurnalis tentang Reputasi Perguruan Tinggi”. Lama berkecimpung di dunia jurnalistik dan media Abdul Kohar S.Sos menjelaskan nilai-nilai yang dipertimbangkan oleh media dalam meliput perguruan tinggi. Beberapa diantaranya ialah unik, magnitude (memiliki hal besar), trendsentter (inovasi dan perubahan), dan multitasking

“Beberapa waktu yang lalu UNS misalnya Voca Eruditanya berhasil menyabet sampai delapan penghargaan internasional. Ini adalah hal yang besar bagi pencapain sebuah kampus, maka yang terjadi beragam berita yang muncul adalah prestasi internasional,” tutur Abdul Kohar S.Sos menjelaskan contoh nyata dari magnitude.HUMAS UNS

Skip to content