Tumbuhkan Kecintaan Literasi Bersama Ahmad Tohari dan Wira Nagara

UNS – Membaca adalah jendela dunia. Dengan kita banyak membaca maka wawasan kita akan terbuka dan tidak menjadi katak dalam tempurung. Lalu, apa yang akan terjadi bila kita tidak gemar membaca? Hal inilah yang menjadi bahan diskusi oleh komika, Wira Nagara dan penulis sekaligus sastrawan, Ahmad Tohari dalam seminar nasional “Pendar Sastra Enggan Pudar” di ruang seminar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Sabtu (6/4/2019).
Dengan gayanya yang kocak dan santai, Wira Nagara mengatakan bahwa generasi milenial Indonesia perlu keberanian dalam menuliskan ide-idenya di secarik kertas. Keberanian untuk menulis itulah yang akan menjadi salah satu cara untuk membuat dunia literasi di Indonesia semakin hidup. Selain itu, penulis buku “Disforia Inersia” ini juga membagikan kisah perjalanan hidupnya sebagai komika hingga mampu menjadi seorang penulis.
“Jauh sebelum menjadi penulis saya pernah menjadi MC dangdut. Saya ingat betul saya pernah salah mengucapkan satu kata saja. Dan akibatnya,  saya hampir dipukuli oleh orang-orang satu lapangan,” kenang Wira Nagara.
Ia mengungkapkan bahwa kesalahannya mengucapkan kata tersebut dirasanya sangat membekas bagi banyak orang. Sehingga dalam dunia tulis menulis, Wira ingin tulisannya mampu diingat oleh para pembacanya. Bahkan, dalam penulisannya, Wira kerap memadukan majas-majas yang diselingi dengan kata-kata berbumbu asmara. Hal itu dilakukannya sebab menurutnya dalam menumbuhkan minat baca maka penulis harus mampu membuat calon pembaca untuk penasaran dan tertarik terlebih dahulu.
Sependapat dengan Wira Nagara, sastrawan Ahmad Tahori pun merasakan hal yang sama. Menurutnya, dalam menumbuhkan kecintaan terhadap dunia literasi perlu adanya rasa ketertarikan. Sastrawan asal Banyumas ini juga mengharapkan agar pemerintah mau dan terjun langsung dalam menumbuhkan dunia literasi di Indonesia, khususnya bagi generasi milenial. Sebab, dijaman digital ini peluang sastra untuk tumbuh sangat tinggi. Karya sastra dapat diakses melalui apa saja dan dimana saja dengan kemampuan teknologi.
Ahmad Tohari juga menambahkan seorang penulis bisa terlahir karena orang tersebut gemar dalam membaca buku. Dan itu adalah langkah yang tepat dalam menambah perbendaharaan kata sebagai seorang penulis. Terakhir ia juga mengingatkan kepada mahasiswa-mahasiswi UNS yang berkeinginan menjadi penulis agar semakin meningkatkan intensitas membaca. Dengan demikian, kekuatan imajinasi dari seorang penulis akan semakin kuat dan dapat menjadi modal untuk tumbuh menjadi seorang penulis. Humas UNS/ Yefta 
Skip to content