UNS, Asian Institute of Technology, dan Gifu University Gagas Pelaksanaan Konferensi Internasional Perubahan Iklim di Bangkok

UNS, Asian Institute of Technology, dan Gifu University Gagas Pelaksanaan Konferensi Internasional Perubahan Iklim di Bangkok

UNS — Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bersama Asian Institute of Technology (AIT), Thailand dan didukung oleh Gifu University (Japan) menjadi penggagas kegiatan The 8th International Conference on Climate Change (ICCC) atau Konferensi Internasional Perubahan Iklim ke-8. Konferensi internasional ini diselenggarakan pada 17-18 November 2022 bertempat di Asian Institute of Technology Conference Center, Bangkok, Thailand.

Dalam konferensi internasional tersebut para ahli dan akademisi membahas fenomena terkait perubahan iklim global. Ketiga universitas yang menjadi penggagas acara ini juga sangat serius berkontribusi mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul akibat perubahan iklim pada masing-masing negara.

Dalam rilis yang diterima uns.ac.id, Senin (21/11/2022), Dekan FP UNS, Prof. Dr. Samanhudi, S.P., M.P., menyatakan bahwa UNS berperan serta dalam mitigasi perubahan iklim dengan menerapkan peraturan green campus. UNS juga memiliki Riset Grup Perubahan Iklim sebagai wadah penelitian dan inovasi-inovasi teknologi yang dapat meminimalisasi dan mencegah dampak perubahan iklim.

Sementara Dean of United Graduate School of Agricultural Sciences, Prof. Dr. Ken Hiramatsu mengungkapkan bahwa kejadian banjir yang memakan ratusan, bahkan ribuan korban jiwa di Pakistan tahun ini menjadi fokus Gifu University, Jepang.

“Kejadian banjir tersebut mengindikasikan bahwa perubahan iklim semakin nyata dan membutuhkan penanganan yang urgen oleh semua pihak untuk mencegah datangnya bencana yang lebih besar lagi,” ungkap Prof. Dr. Ken Hiramatsu.

Lebih lanjut, Wakil Rektor Bidang Akademis AIT, Prof. Dr. Shobhakar Dhakal menekankan perlunya kerja sama antar region pada perdagangan karbon global untuk menekan emisi gas karbon yang dapat memperparah pemanasan global.

Konferensi Internasional Perubahan Iklim ke-8 ini turut mengundang lima pembicara ahli dari 5 negara, yang masing-masing menyampaikan alternatif-alternatif metode dan teknologi untuk meminimalisasi dampak perubahan iklim global. Prof. Dr. Avishek Datta dari AIT Thailand menyampaikan bahwa teknologi irigasi Alternate Wetting and Drying pada budidaya padi sawah tidak hanya meningkatkan produksi padi, tapi juga mampu meningkatkan efisiensi air irigasi sehingga mampu mendukung mitigasi dampak perubahan iklim kekeringan.

“Sedangkan metode konservasi hutan pada skala-skala administrasi yang kecil (distrik) di Jepang sangat signifikan berkontribusi meningkatkan cadangan karbon,” tutur Dr. Taku M. Saitoh dari Gifu University Jepang.

Saat ini ratusan juta US Dolar digelontorkan oleh berbagai badan keuangan di dunia untuk proyek penghijauan di wilayah-wilayah gurun Arab dan Afrika, di mana Dr. James MacGregor dari Eco-planet Kanada terlibat dalam proyek-proyek tersebut. Beliau menekankan penghijauan pada wilayah-wilayah tersebut dapat meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim.

Dr. Jauhari Syamsiyah dari UNS turut menyoroti peran pertanian organik, di mana penerapan pengimplementasian pertanian organik selama sekitar 7 tahun atau lebih secara signifikan meningkatkan kadar karbon dan nitrogen pada tanah. Dengan demikian mampu menghasilkan produktivitas padi yang tinggi tanpa adanya input pupuk kimia.

“Minimnya input pupuk kimia pada sawah mendukung pertanian yang lestari sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani,” lanjut Dr. Jauhari Syamsiyah.

Selanjutnya disampaikan juga tentang teknologi Bioremidiasi pada tanah-tanah yang terkontaminasi limbah-limbah industri yang ditemukan oleh Prof. Dr. Eric van Hullenbusch dari Institut de Physique du Globe de Paris, Prancis.  Prof. Dr. Eric van Hullenbusch mengungkapkan bahwa teknologi Bioremidiasi sangat efektif untuk menghasilkan pangan yang sehat sehingga mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Konferensi Internasional Perubahan Iklim ke-8 ini juga diikuti oleh 139 peneliti-peneliti dari berbagai negara yang menyajikan pemikiran-pemikiran serta temuan-temuan terbaru terkait identifikasi dampak dan upaya-upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pada berbagai sektor. Konferensi yang diselenggarakan secara hybrid ini juga dihadiri oleh ratusan peserta dari seluruh dunia secara online.

Ketua panitia, Komariah, S.T.P., M.Sc., Ph.D. berharap konferensi ini menjadi platform yang menyediakan wadah para ahli dan peneliti di bidang perubahan iklim untuk dapat saling berdiskusi dan saling membantu memecahkan permasalahan-permasalahan relevan.

“Diharapkan juga konferensi ini memberikan inspirasi dari penyajian penemuan dan teknologi yang inovatif guna menekan bencana akibat perubahan iklim di dunia,” pungkas Komariah. Humas UNS

Reporter: Lina Khoirun Nisa
Redaktur: Dwi Hastuti

Skip to content