UNS Hadirkan Ustaz Wijayanto dalam Kajian Tarawih Daring

UNS – Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali mengadakan Kajian Tarawih Daring. Pada kajian tarawih sesi terakhir sebelum Idul Fitri, UNS menghadirkan Dr. H. Ahmad Wijayanto, M.A. atau yang kerap disapa Ustaz Wijayanto sebagai pengisi tausiah. Kajian yang mengusung tema Kembali Fitri di Tengah Pandemi Covid-19 ini disiarkan secara langsung melalui aplikasi Zoom dan channel YouTube UNS pada Kamis (21/5/2020).

Acara yang dimulai pukul 20.00 WIB ini diikuti oleh sekitar 150 peserta pada aplikasi zoom dan 70 peserta di channel YouTube. Turut hadir pula Rektor UNS, Prof. Jamal Wiwoho yang sekaligus menyampaikan sambutan. Kajian ini diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh mahasiswa UNS, Destria Sutrsino. Setelah selesai pembacaan ayat Alquran kemudian dilanjutkan dengan tausiah oleh Ustaz Wijayanto. Kajian ini berlangsung dengan penuh hikmat dan antusias, Ustaz Wijayanto pun menyampaikan materi dengan luwes dan sesekali menyertainya dengan lelucon sehingga tausiah menjadi lebih hidup.

Dalam tausyiahnya, Ustaz Wijayanto mengibaratkan saat sebelum ramadan, manusia seperti ulat yang rakus, menjijikkan, tidak ada yang ingin mendekat, serta menghabiskan daun. Oleh karena itu, momen ramadan ini harus dimanfaatkan untuk berubah menjadi kupu-kupu.

“Orang yang berhasil puasanya harus menjadi kepompong, setelah selesai maka kita harus bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang cantik dan elok. Jangan sampai puasa kita menjadi sia-sia. Banyak orang yang puasa tapi hanya mendapat haus dan lapar saja, hanya mendapatkan lelahnya saja, tidak mendapat berkah dari puasa itu sendiri,” paparnya.

Beliau menambahkan bahwa inti dari puasa ini adalah kepedulian, iman seseorang hilang bukan hanya karena tidak salat dan tidak puasa. Iman seseorang dapat hilang jika seseorang bisa tidur tenang sementara tetangganya tidak bisa tidur karena lapar.

“Maka puasa itu menangkap golden role of ethic. Kalau tidak mau disakiti, jangan menyakiti orang lain, kalau tidak mau dizalimi maka jangan menzalimi orang lain, itulah jiwa puasa. Kalau kita tidak mau kelaparan, tidak mau kehausan, jangan biarkan orang lain haus dan lapar. Dari sinilah kita membangun pesan dari puasa,” ujar Ustaz Wijayanto.

Ustaz Wijayanto juga menekankan pentingnya bersedekah. Ia mengibaratkan saat ini uang lebih mudah dikeluarkan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat daripada bersedekah.

“Saat ini khususnya remaja lebih banyak pergi ke mall daripada mengeluarkan zakat mal. Misal saja ada uang lima ribu dan seratus ribu, maka yang akan digunakan untuk sedekah yang lima ribu. Kemudian jika ada lima ribuan yang kusut dan masih baru, masih lagi dipilih yang kusut untuk sedekah,” tambahnya.

Dalam kajian ini dapat disimpulkan bahwa kesempatan untuk menggapai ramadan belum tentu bisa didapatkan kembali. Oleh karena itu jangan sampai ramadan berlalu tanpa ada keberkahan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Humas UNS/Bayu

Skip to content