UNS Jadi PT Pertama di Dunia yang Selenggarakan Konferensi Ilmiah Pasca COP22

Sutarno (tengah) saat sampaikan kebanggaan atas dukungan WMO kepada UNS.
Sutarno (tengah) saat sampaikan kebanggaan atas dukungan WMO kepada UNS.

Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyelenggarakan International Conference on Climate Change (ICCC), Rabu (30/11/2016) sampai Kamis (1/12/2016). Konferensi internasional bertajuk “Adaptation and Mitigation Strategy for Sustainable Life” itu didukung oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk cuaca, yakni World Meteorological Organization (WMO).

Kegiatan ICCC ini menghadirkan empat pembicara, mereka adalah David Grimes, Andi Eka Sakya, Takeo Onishi (Gifu University, Jepang), dan Sri Budiastuti (UNS). David Grimes yang berasal dari Kanada merupakan perwakilan Sekjen WMO dari Jenewa, Swiss, sedangkan Andi Eka Sakya adalah Kepala BMKG dan juga Presiden WMO Asosiasi Regional 5 Wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat.

David selaku pembicara kunci melalui telekonferensi menyampaikan bahwa kondisi perubahan iklim untuk kenaikan suhu permukaan telah mencapai nilai di atas 1,2 derajat Celcius yang mana sudah melebihi suhu pada era preindustrial. Nilai tersebut sudah mendekati kesepakatan ambang batas kenaikan suhu permukaan yakni 1,5 derajat Celcius yang ditetapkan pada Conference of the Parties 21 (COP21) di Paris pada 2015 lalu. Menurutnya, tahun ini (2016—red.) ada peluang yang sangat signifikan untuk menjadi taun dengan suhu permukaan terpanas yang pernah tercatat. Demikian juga untuk konsentrasi gas rumah kaca yang terus naik dan memecahkan rekor dengan nilai konsentrasi CO2 di atas 400 ppm (parts per million).

Disebutkan bahwa konferensi ICCC ini memiliki nilai yang strategis mengingat konferensi ini adalah konferensi ilmiah pertama yang dilaksanakan pasca COP22 di Marrakech, Maroko pada 7-18 November 2016. Andi menyampaikan bahwa preseden ini adalah suatu yang istimewa bagi WMO karena UNS merupakan perguruan tinggi pertama yang menyelenggarakan Konferensi Perubahan Iklim dengan dukungan WMO pasca COP22. “COP22 yaitu penandatanganan kesepakatan oleh 177 negara sebagai otoritas tertinggi dalan kerangka kerja PBB mengenai isu perubahan iklim pada United Nations Framework Convention on Climate Change (UNCFF),” ungkapnya. Sehingga, konferensi ICCC merupakan  program ilmiah strategis yang berkontribusi dalam kajian kesiapan Indonesia dalam implementasi Intended Nationally Determined Contribution, utamanya terkait dengan isi kelautan.

Wakil Rektor UNS Bidang Akademik, Sutarno mengungkapkan kebanggaan atas dukungan WMO kepada UNS sebagai perguruan tinggi pertama di dunia yang menyelenggarakan konferensi perubahan iklim pasca COP22. “Hal ini menunjukkan bahwa UNS menyadari pentingnya upaya merespon perubahan iklim dan berperan secara aktif dalam upaya ilmiah maupun langkah adaptasi dan mitigasi, baik di tingkat nasional maupun internasional,” tuturnya. Pihaknya mengaku bahwa kegiatan ini sejalan dengan upaya mewujudkan UNS sebagai world class university dan akan diselenggarakan setiap tahunnya. Ke depan, dalam konferensi tersebut juga sebagai sarana mempertemukan pemangku kebijakan perubahan iklim nasional sekaligus sebagai upaya menggalang masukan untuk pertemuan COP tahun-tahun mendatang.[](dodo.red.uns.ac.id)

Skip to content