UNS Siap Berkolaborasi dengan DUDI

UNS — Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar Sosialisasi Program Hibah Matching Fund dan Kedai Reka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI melalui Zoom Cloud Meeting, Sabtu (16/1/2021) malam.

Sosialisasi tersebut digelar agar para dosen dan peneliti di lingkungan UNS dapat segera mempersiapkan proposal penelitian, jasa, produk, maupun inovasi untuk dikawinkan/ dikolaborasikan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) melalui wadah Kedai Reka.

Jalannya sosialisasi dibuka langsung oleh Rektor UNS, Prof. Jamal Wiwoho. Dalam kesempatan tersebut, ia menitipkan pesan agar status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH) yang telah dikantongi UNS, dapat memotivasi setiap dosen dan peneliti untuk merealisasikan 8 Indikator Kerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan oleh Kemdikbud RI.

“Salah satu indikator yang kemudian disampaikan Mas Menteri (red: Nadiem Makarim) adalah bagaimana perguruan tinggi kita melakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan DUDI. Saya rasa apa yang dilaksanakan pada malam hari ini adalah tool atau alat agar IKU kita bisa segera kita realisasikan,” ujar Prof. Jamal.

Untuk mengulas poin-poin penting yang menjadi dasar kolaborasi antara perguruan tinggi dengan DUDI melalui wadah Kedai Reka, LPPM UNS secara khusus mengundang Tim Akselerasi Rekacipta yang juga Senior Manager SuSo Unilever, Achmad Aditya.

Dalam paparan materinya, ia menerangkan program Kedai Reka merupakan implementasi dari Program Kampus Merdeka yang telah dicanangkan oleh Nadiem Makarim. Ada 4 kebijakan yang tertuang dalam program ini, yaitu fleksibilitas pembukaan program studi baru, sistem akreditasi perguruan tinggi, PTN BH, dan hak belajar tiga semester di luar program studi.

“Industri tidak harus swasta tapi bisa UMKM, koperasi, BUMN, BUMD, start up, dan BUMDes. Dan, Pak Dirjen (red: Prof. Nizam) telah memperluas label industri yang juga mencakup kementerian, Pemprov, Pemkot, dan Pemkab,” terang Achmad Aditya.

Menyinggung 8 IKU yang ditetapkan Kemdikbud RI, Achmad Aditya menyampaikan ada 3 peluang besar yang dapat dimanfaatkan oleh perguruan tinggi saat berkolaborasi dengan DUDI.

Pertama, penelitian lebih market driven yang artinya orientasi pemanfaatan lebih spesifik berdasar kebutuhan masyarakat. Kedua, adanya akselerasi praktik keilmuan dari kampus dalam dunia usaha dan dunia kerja. Dan yang ketiga, adanya akselerasi hilirisasi produk penelitian dari kampus.

“Targetnya adalah peningkatan kualitas SDM karena seperti kita ketahui banyak sekali lulusan-lulusan yang keluar dari perguruan tinggi mengalami masa penyesuain sebelum masuk ke dalam DUDI. Masa tunggu itu yang ingin kita persempit,” ujar Achmad Aditya.

Achmad Aditya juga menambahkan, total matching fund yang disediakan dalam Kedai Reka ini sebesar Rp 250 miliar. Hal tersebut diperuntukkan bagi dosen dan mahasiswa, hibah matching fund, dan laboratorium penelitian.

Ruang lingkup yang masuk dalam wadah Kedai Reka ini meliputi penelitian bersama (joint research), pemberian layanan ke industri dan/ atau masyarakat, pembentukan start up, dan pembentukan research center (industry teaching).

“Pada prinsipnya industri menawarkan permasalahan bisnis atau peluang cipta yang selanjutnya diwadahi oleh Kedai Reka yang menjadi titik temu antara DUDI dengan perguruan tinggi,” ujar Achmad Aditya. Humas UNS

Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content