Search
Close this search box.

Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan UNS Ingatkan Masyarakat agar Hati-hati Sikapi Digitalisasi

UNS — Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Ahmad Yunus meminta masyarakat Indonesia agar berhati-hati dalam menyikapi tren digitalisasi.

Alasannya, sikap resistensi yang berlebihan dengan dalil menyelamatkan nilai-nilai kearifan lokal jika tidak disikapi dengan bijak, merupakan respons yang salah sehingga menjadi kontraproduktif.

Padahal, tren digitalisasi yang tengah melanda dunia saat ini–ditambah dengan adanya pandemi Covid-19- merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat ditolak.

Sebabnya, manusia semakin menginginkan kehidupan yang cepat, praktis, dan efisien. Sehingga, tren digitalisasi menjadi sebuah kebutuhan ditambah dengan modernisasi teknologi yang makin mempercepat arus globalisasi.

Hal itu disinggung Prof. Ahmad Yunus saat menjadi pembicara dalam Webinar “Keberadaan Nilai Kearifan Lokal dalam Pusaran Transformasi Digital” yang disiarkan melalui kanal Youtube MASTEL TV, Rabu (6/10/2021).

“Teknologi informasi telah menjadi salah satu instrumen penting bagi manusia untuk mencapai tujuan hidupnya maka telah mampu mempengaruhi tindakan dan pola hidup manusia,” ujarnya.

Prof. Ahmad Yunus mengatakan, walau tren digitalisasi merupakan suatu keniscayaan, namun ada beberapa kekhawatiran yang dinilai dapat mengganggu kearifan lokal, persatuan, dan kesatuan bangsa.

Seperti berubahnya cara pandang, budaya, tradisi, dan gaya hidup masyarakat milenial, cyber bullying, ujaran kebencian, hoaks, hingga penyebaran paham radikalisme.

Kekhawatiran-kekhawatiran tersebut dinilai Prof. Ahmad Yunus menjadi suatu ancaman yang nyata jika masyarakat tidak dibekali dengan pengetahuan seputar literasi digital.

Lebih lanjut, ia menyampaikan kekhawatiran terhadap tren digitalisasi yang memberi dampak negatif bagi Indonesia dapat dilihat dari laporan yang pernah dipublikasikan IMD World Digital Competitiveness Ranking pada tahun 2020.

IMD World melakukan pendataan atas kekuatan daya saing suatu negara terhadap akselerasi transformasi digital dari 63 negara di dunia. Dan hasilnya, Indonesia menempati urutan ke 56, alias berada di urutan 10 terbawah.

“Artinya daya saing digital kita masih rendah. Dengan kondisi ini akan menjadi ancaman, Indonesia hanya menjadi pasar dan dapat kehilangan kesempatan untuk memetik dampak dari teknologi digital yang masih rendah,” ucap Prof. Ahmad Yunus.

Mempertahankan Eksistensi Kearifan Lokal

Prof. Ahmad Yunus dalam kesempatan tersebut mengutarakan apabila pemerintah perlu menyusun strategi guna meningkatkan imunitas kearifan lokal dalam menghadapi tren digitalisasi.

Caranya dengan mengambil sisi positif kemajuan teknologi dan informasi untuk kepentingan memajukan potensi bangsa yang bercorak atau berbasis kearifan lokal.

Selain itu, ia juga mengingatkan jika kekuatan dan daya tahan kearifan lokal perlu diperjuangkan agar memiliki ketangguhan dalam menghadapi tren digitalisasi.

Prof. Yunus menilai di jaman yang serba modern ini, kunci untuk menguasai peradaban dan perubahan jaman terletak pada kapabilitas suatu negara dalam mengelola teknologi informasi.

Ia tidak ingin Indonesia dikuasai oleh negara super power. Ia juga meminta agar pemerintah mewaspadai dan kuat dalam menghadapi serangan siber yang tiap tahunnya selalu meningkat.

“Digitalisasi harus disikapi dengan arif dan bijaksana sebagai hasil positif dari modernisasi yang mendorong masyarakat pada kemajuan. Menolak globalisasi bukanlah pilihan yang tepat karena itu berarti menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” tutur Prof. Ahmad Yunus. Humas UNS

Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti

Scroll to Top
Skip to content