Webinar Prodi ITP UNS Bahas Eksistensi Pangan Fungsional di Era Pandemi

Webinar Prodi ITP UNS Bahas Eksistensi Pangan Fungsional di Era Pandemi

UNS — Tren permintaan pangan fungsional yang meningkat semakin menunjukkan bahwa perilaku konsumen masyarakat telah berubah mengikuti pola hidup sehat selama Pandemi Covid-19. Menanggapi hal tersebut, Program Studi (Prodi) Ilmu Teknologi Pangan (ITP) Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyelenggarakan Webinar I-Great Share yang digagas oleh Grup Riset (GR) Food Quality and Health FP UNS. Webinar yang mengangkat tema “Eksistensi Pangan Fungsional di Era Pandemi” ini memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat serta potensi pengembangan pangan fungsional, khususnya minuman berbahan dasar rempah. Tidak hanya itu, webinar ini juga membahas peranan lokapasar sebagai akselerasi usaha di masa pandemi.

Melalui Zoom Cloud Meeting, webinar ini menghadirkan Ketua GR Food Quality and Healthy Danar Praseptiangga, S.T.P, M.Sc., Ph.D., serta Putriana Yuniarti, S.Pd sebagai narasumber.

Terdapat beberapa manfaat dasar pangan seperti sebagai sumber nutrisi, menjaga kesehatan, serta pemenuhan rasa kenyang yang berperan dalam pengembangan riset dan inovasi dalam keilmuan pangan. Danar Praseptiangga, Ph.D., dalam pemaparannya menjelaskan bahwa pandemi mengakselerasi perubahan pola pandang pada transformasi kesehatan. Ada penyesuaian perilaku dan gaya hidup meliputi kepedulian lebih terhadap kesehatan diri, menjaga asupan nutrisi, rajin berolahraga, lebih mengupayakan tindakan preventif dan pemeriksaan kesehatan. Salah satu dampak dari adanya perubahan pola perilaku tersebut adalah meningkatnya kebutuhan akan pangan fungsional.

Bidang pangan fungsional dan bahan makanan khusus untuk meningkatkan kesehatan (nutrasetikal) berfokus dalam upaya pencegahan. Pangan fungsional didefinisikan sebagai pangan alamiah (segar) dan/atau olahan dengan kandungan satu atau lebih komponen pangan yang memberikan manfaat bagi kesehatan diluar fungsi dasarnya berdasarkan suatu kajian ilmiah. Pangan fungsional tidak membahayakan kesehatan dan juga dapat mencegah timbulnya suatu penyakit.

Konsep nutrasetikal sendiri dimaknai sebagai penggabungan antara aspek nutrisi dan farmasi sebagai upaya preventif yang menggunakan pendekatan medis. Maka dari itu, posisi pangan fungsional berada ditengah-tengah antara obat dan pangan. Perlu ditekankan bahwa pangan fungsional bukan merupakan obat ataupun suplemen. Efek positif dari pangan fungsional ini didapat dari konsumsi takaran normal pola makan.

“Ini bukan obat. Jadi, tidak dikonsumsi dalam dosis tertentu dan tidak dikonsumsi untuk menyembuhkan. Sekali lagi ini untuk pencegahan dan bukan pada kuratif,” tegas Danar Praseptiangga, Ph.D.

Di Indonesia, pangan fungsional banyak berkembang dari budaya pangan lokal berupa makanan tradisional. Pangan fungsional yang cukup tenar adalah jamu, wedang uwuh, wedang secang, dan lainnya. Ini merupakan minuman-minuman tradisional berbahan dasar rempah dan tumbuhan herbal. Beberapa khasiat yang telah diuji dari pangan tradisional ini seperti adanya aktivitas antioksidan,aktivitas hipoglikemik, imunomodulator, anti-inflamasi, dan anti-mikrobisa.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), produsen jamu pada 2018 sejumlah 1247, 1118 diantaranya merupakan UKM. Penjualan jamu 2019 berkontribusi sebesar 21,5 triliun pada perekonomian lokal.

Saat ini semakin banyak pihak mulai berusaha mengubah gambaran minuman tradisional menjadi lebih modern. Adanya kafe jamu sebagai tren baru pengembangan bisnis minuman tradisional menjadi salah satu buktinya. Modernisasi usaha jamu dan minuman fungsional lain saat ini juga telah diimbangi dengan adanya edukasi tentang khasiat rempah penyusunnya.

Pengembangan usaha pangan fungsional oleh pelaku UMKM juga dapat merambah situs e-commerce. Putriana Yuniarti, S.Pd., yang juga alumnus UNS menjelaskan bahwa penjualan melalui situs daring menjadi sebuah akselerasi dalam menawarkan dan menjual produk kepada konsumen, khususnya di masa pandemi ini.

Hal tersebut didukung dengan data yang menyatakan bahwa terdapat 175,4 juta pengguna internet di Indonesia yang mana mayoritas pernah melakukan transaksi jual beli secara daring.

Webinar Prodi ITP UNS Bahas Eksistensi Pangan Fungsional di Era Pandemi

“Orang-orang lebih banyak menggunakan jual beli online juga dipengaruhi oleh masa pandemi dan dampak PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat),” terang Putriana.

Dampak penjualan secara daring dengan merambah teknologi digital memungkinkan pelaku usaha menjangkau lokasi konsumen yang jauh sekalipun. Pelaku usaha juga diuntungkan karena tidak perlu memiliki toko dan memungkinkan perdagangan berjalan 24 jam sehari.

Pelaku UMKM, khususnya produsen pangan fungsional, perlu untuk mempersiapkan strategi dalam menjalankan bisnis melalui e-commerce. Putriana menjelaskan setidaknya ada 4 strategi meliputi personalization, influencer endorsement, maintain customer, dan back to the community.
Humas UNS

Reporter: Rangga Pangestu Adji
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content