Workshop Pengembangan Buku Ajar Berbasis Riset: Dosen Harus Menulis Buku

Dosen wajib hukumnya menulis buku. Bukan tanpa alasan, menurut Mudrajad perintah pertama yang diberikan melalui Al-Quran adalah perintah untuk membaca hingga diulang dua kali. Membaca kemudian  meriset, mengajar, dan pada akhirnya menulis dengan pena merupakan jabaran kegiatan dosen setiap harinya. Begitu pernyataan Mudrajad Kuncoro, Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM. Pernyataan tersebut disampaikan saat menjadi pembicara bersama Djoko Purwanto pada acara Workshop Pengembangan Buku Ajar Berbasis Riset, Selasa (18/10/2016) di Hotel The Alana, Karangayar.

Mengenai rendahnya minat menulis artikel ilmiah di jurnal internasional maupun menulis buku di kalangan akademisi, menurut Mudrajad, disebabkan oleh beberapa faktor. Kecenderungan budaya lisan daripada budaya tulis jadi salah satunya. Kemudian, tidak ada insentif dari universitas atau lembaga untuk para akademisi yang aktif menulis. Sementara itu, rendahnya minat penelitian dan publikasi hasil penelitian serta tidak tahu cara menulis artikel, karya ilmiah atau buku juga menjadi faktor internal yang mempengaruhi. “Padahal setiap hari, bangun tidur ku terus ngajar. Kenapa tidak bisa jadi buku?” ujar Mudrajad.

img_1325
(dari kiri) Mudrajad Kuncoro, Djoko Purwanto dan Endang Yuniastuti (moderator) pada acara Workshop Pengembangan Buku Ajar Berbasis Riset, Selasa (18/10/2016).

Mudrajad mengamini, beban mengajar yang terlalu banyak yang ditanggung dosen menyebabkan dosen tidak bisa aktif menulis atau pun meneliti. Solusinya, dosen tersebut harus berani membatasi beban mata kuliah yang diampu dan sisa waktunya untuk kegiatan meneliti ataupun menulis. Program studi maupun jurusan juga memiliki peran untuk memetakan dan menempatkan dosen sesuai dengan porsinya. Mudrajad menyarankan , dosen juga harus  membagi waktu dan memiliki komitmen dari mulai drafting, menulis, memeriksa literatur hingga mengirim kepada penerbit.

Terkait menulis buku ajar, Mudrajad menjelaskan tidak perlu bakat untuk menjadi penulis, meski bagi pemula menulis memang merupakan hal yang sulit. “Kita mengajar mata kuliah yang sama bertahun-tahun. Kenapa tidak bisa jadi buku? Misal tahun pertama dan kedua kita uji cobakan, tahun ketiga sudah bisa jadi buku,” sambungnya. Sementara itu, buku yang baik menurut Mudrajad adalah buku yang mampu menyajikan gambaran umum tentang isi buku di awal bab; terdapat ringkasan di akhir bab, dan menyertakan rekomendasi bacaan lain terkain dengan isi buku.

Dari menulis, Mudrajad membuktikan, dosen mendapat kesejahteraan lebih dari royalti yang ia dapatkan. Selain itu, hasil pemikiran dosen juga bisa dibaca orang seluruh Indonesia bahkan dunia. Kebanyakan buku yang dikonsumsi masyarakat kita berasal dari pemikiran barat. “ Kita perlu ada buku yang datanya real berasal dari Indonesia”, terang Mudrajad menguatkan.

Memilih penerbit

Buku ajar mendukung proses belajar mengajar dengan menyajikan pokok bahasan tertentu sesuai kaidah-kaidah keilmuan. Untuk mendukung cetakan buku ajar, Djoko Purwanto, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS menggarisbawahi pentingnya memilih penerbit. Penulis atau dosen yang akan menerbitkan bukunya harus jeli memilih penerbit yang jelas keberadaannya dan memiliki kredibilitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Penulis juga harus mempertimbangkan lingkup pemasaran terbitan. Kerja sama antara penerbit dan penulis dilakukan secara tertulis dan jelas di antara kedua pihak.

img_1350
Sekretari LPPM UNS, Ary Setyawan saat menutup acara berharap, kegiatan workshop dapat memotivasi dan mendorong dosen untuk aktif menulis buku.

Sementara lingkup surat kerja sama penerbit dan penulis berisi kesepakatan kedua pihak untuk menerbitkan buku dengan beberapa perjanjian. Di dalam surat kerja sama setidaknya tertulis jelas tentang batas waktu penyelesaian naskah, hak penulis berupa royalti, waktu pemberian royalti, hingga sanksi apabila terjadi persengketaan.

Workshop yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sebelas Maret (LPPM UNS) ini ditujukan untuk para dosen UNS. Ary Setyawan, sekretaris LPPM UNS menyebut, penyelenggaraan workshop ditujukan untuk mendorong riset dosen agar luarannya nanti bisa menghasilkan. Ary menyebut, selain memberikan dana penelitian melalui skema riset, LPPM juga memiliki tim verifikasi buku untuk menguji dan menentukan standar kelayakan buku yang ditulis oleh para dosen.[](nana.red.uns.ac.id)

 

Skip to content