Workshop Redaksi: Teori hingga Praktik Jadi Jurnalis Eksis

Pers sebagai pilar keempat demokrasi yang berada diluar sistem formal mempunyai posisi strategis karena dinilai berfungsi sebagai kontrol sosial. Media massa harus memenuhi aspek ABCDE jika menginginkan kedudukannya tetap eksis di masyarakat yaitu accuracy, balance, clear, development, dan education. Tanpa kelima aspek tersebut, media massa dinilai tidak bertanggung jawab dan menciderai citra pers itu sendiri. Hal ini disampaikan oleh Achmad Purnomo, Wakil Walikota Surakarta, ketika memberikan materi mengenai How to Deal with Journalist pada Workshop Redaksi Trans 7 Eksis Jadi Jurnalis bertempat di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta, Rabu-Kamis (19-20/10/2016).

Lebih lanjut, Achmad Purnomo menyampaikan hubungan baik yang terjalin antara pemerintah Surakarta dengan para wartawan, di antaranya dengan menggelar kerja sama dengan para wartawan, menyediakan press room yang representatif, menjalin keterbukaan dengan wartawan, mengadakan media gathering dan menggelar kerja sama publikasi pembangunan di wilayah Surakarta. Oleh karena itu, kerjasama yang baik antara media massa dan pihak yang terkait sangat diperlukan agar tidak terjadi kesimpangsiuran informasi yang berkembang di masyarakat.

Achmad Purnomo, Wakil Walikota Surakarta, sebagai keynote speaker pada Workshop Redaksi Trans 7 Eksis Jadi Jurnalis.
Achmad Purnomo, Wakil Walikota Surakarta, sebagai keynote speaker pada Workshop Redaksi Trans 7 Eksis Jadi Jurnalis.

Widodo Muktiyo, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama dalam sambutannya mengajak UNS dan Trans 7 menjalin kerja sama demi memajukan bangsa agar menjadi pelopor peradaban ke depan yang lebih baik. Ishadi sebagai CEO Transmedia juga menanggapi positif hal tersebut dengan menyampaikan beberapa langkah yang diambil Trans 7, di antaranya dengan menghadirkan program-program yang mendidik terutama untuk kalangan anak-anak dan dengan menggelar workshop jurnalistik bagi kalangan mahasiswa, pelajar maupun umum yang akan melatih calon-calon jurnalis yang lebih inovatif dan kreatif.

Sharing session

Untuk mengajak para peserta workshop mengenal lebih dekat dengan dunia jurnalistik, para praktisi jurnalistik pun dihadirkan untuk menyampaikan seluk beluk jurnalistik dari berbagai sudut pandang. Ketiga praktisi tersebut adalah Titin Rosmasari, Pemimpin Redaksi Transmedia, Suwarmin, Pemimpin Redaksi Solopos dan Pudjo Rahayu, Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah.

Titin menyoroti dari sudut pandang jurnalistik media Televisi yang pemaparannya lebih membahas pada pra produksi, proses produksi hingga pasca produksi. Riset sebelum memproduksi sebuah program menjadi hal yang vital untuk menentukan arah pemrosesan program tersebut. “Bekerja di media, di koran, di majalah, di TV memiliki banyak keunggulan daripada sosial media jadi bagaimana pun orang mencari informasi referensi berita dan informasi dari lembaga yang berbadan hukum dan memiliki regulasi yang jelas karena ada etikanya, ada kualitasnya dan  ada akurasinya dan yang pasti adalah kredibilitasnya. Itulah yang tidak bisa didapat pencari informasi lewat sosial media,” jelasnya.

Sharing Session bertemakan Seluk Beluk Jurnalistik.
Sharing Session bertemakan Seluk Beluk Jurnalistik.

Suwarmin yang mewakili media cetak Solopos lebih menekankan tentang syarat reporter yang baik yaitu di antaranya adalah kritis dan responsif, fleksibel dan komunikatif, smart dan fast learner, networking yang luas, dan skillful dalam berbagai kemampuan teknis yang menunjang pekerjaan. “Telaten itu penting. Contohnya ketika menunggu narasumber berjam-jam bahkan berhari-hari. Tapi setelah kita dapat narasumber yang eksklusif yang tidak didapatkan orang lain, itu rasanya luar biasa,” paparnya. Tak hanya itu, Pudjo yang berkecimpung di bidang penyiaran pun lebih banyak membahas tentang kode etik penyiaran, mulai dari aturan jam tayang, himbauan konten program hingga masalah blur pada tayangan yang tak pantas disiarkan.

Praktik Lapangan

Selain sharing session dan penyampaian materi mengenai teknik penulisan berita, teknik voice over, dan teknik kamera drone beserta editing, peserta juga diajak terjun langsung meliput berita di lapangan dengan membaginya menjadi 15 kelompok. Peran yang diambil pun meliputi produser, camera person, dubber, koordinator berita, dan editor yang telah diberi pengarahan tentang peran mereka masing-masing. Dengan didampingi liaison officer dan mentor dari crew Trans 7, para peserta mempraktikkan teori yang telah didapat selama pelaksanaan workshop untuk menghasilkan berita yang berbobot dan akurat yang dinilai dari berbagai aspek, meliputi aspek pengambilan gambar, reporter, naskah berita dan editing. Workshop ditutup dengan pengumuman kelompok terbaik dan juga penyerahan piagam untuk semua peserta. [] (denty.red.uns.ac.id)

Skip to content