Search
Close this search box.

Zalfaa Azalia Pursita, dari Gemar Membaca hingga menjadi Duta Bahasa

UNS — Muda dan berprestasi, hal tersebut yang tercermin dari seorang Zalfaa Azalia Pursita, seorang mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Khusus (Pkh) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Zalfaa merupakan Duta Bahasa Jawa Tengah 2021 yang sekaligus mewakili provinsi ke Pemilihan Duta Bahasa Nasional 2021 pada Kamis-Selasa (14-19/10/2021) lalu.

Ketertarikan di dunia literasi sudah ada dalam diri Zalfaa sejak kecil. Selain aktif berkuliah, mahasiswa semester 7 tersebut juga memiliki segudang prestasi. Saat ini, ia tengah mengembangkan sebuah komunitas bimbingan belajar gratis bernama Rumah Mentari dan perpustakaan daring yang ia namai Sanbukis.

Pada Selasa (26/10/2021), Zalfaa becerita langsung kepada tim uns.ac.id mengenai perjalanannya dalam dunia literasi hingga menjadi seorang Duta Bahasa Jawa Tengah 2021.

Senang Membaca Buku

Sejak usia kanak-kanak, Zalfaa sudah dikenalkan dengan buku oleh orang tuanya. Mulai dari buku bergambar, komik, cerita rakyat, hingga majalah Bobo. Saat ini, dalam sebulan ia dapat menghabiskan tiga buku bacaan, baik fiksi maupun nonfiksi. Menurutnya, kegiatan membaca dapat membawa beberapa dampak positif baginya.

“Aku lama-lama ngerasa kalau membaca itu seru, bisa buat mengisi waktu luang, dan bisa melatih daya imajinasi,” katanya.

Melalui minat baca yang tinggi tersebut, ia sering berkunjung ke perpustakaan sekolah. Bahkan, ketika Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia selalu mendapat nominasi sebagai siswa yang paling rajin ke perpustakaan. Ia menyukai berbagai macam genre buku, baik pengembangan diri, romance, petualangan, hingga agama.

Penulis dan Buku Favorit

Duta Bahasa Jawa Tengah tersebut memiliki dua penulis favorit yaitu Alvi Syahrin dan Tere Liye. Zalfaa mengatakan bahwa mereka selalu membawa nilai-nilai kebaikan dalam buku yang ditulis. Nilai tersebut dapat mendorong hidup seseorang menjadi lebih baik.

Sementara itu, salah satu buku favoritnya adalah Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa karya Alvi Syahrin. Dalam buku tersebut, Zalfaa ingat bahwa Alvi pernah menulis yang isinya adalah tidak perlu menjadi orang hebat terlebih dahulu baru bisa bermanfaat bagi orang lain.

“Kita nggak perlu jadi pohon beringin yang rindang atau berbuah dulu baru mau bermanfaat. Kita nggak bisa ujug-ujug jadi orang hebat dan bermanfaat luas tanpa memulai terlebih dahulu dari hal-hal kecil. Aku merasa kalau Alvi berhasil membuat pembaca yang udah kehilangan harapan hidup dan merasa tidak berguna menjadi pribadi yang lebih berarti dengan cara yang sederhana,” ungkap Zalfaa.

Sanbukis dan Rumah Mentari

Gemar membaca membuat Zalfaa memiliki puluhan buku bacaan yang sudah selesai ditamatkan. Pada akhir 2020, ketika ia sedang membereskan tumpukan-tumpukan bukunya, terlintas agar sudut pandang maupun nilai-nilai kebaikan yang ia dapatkan dari buku tersebut juga bisa didapatkan oleh orang lain. Dari puluhan buku, total terdapat 70 buku yang masih bagus dan layak untuk dibaca. Hal ini yang melatarbelakangi Zalfaa membuat perpustakaan daring bernama Sanbukis.

“Buku yang aku punya diunggah lewat Instagram Sanbukis, yang mau minjem tinggal janjian, alhamdulillah disambut baik. Temen-temenku pada minjem, bahkan ada temenku yang habis lulus kuliah, terus kerja di Batam, bingung 30 bukunya mau diapain, akhirnya dititipin ke Sanbukis,” tutur mahasiswa semester 7 PKh UNS.

Peminjaman buku di Sanbukis tidak dipungut biaya. Para peminjam yang hendak meminjam buku cukup mengisi formulir melalui pesan langsung di Instagram, kemudian buku tersebut diambil dengan sistem bertemu langsung. Durasi peminjaman selama satu bulan, tetapi apabila ingin diperpanjang, Zalfaa dengan senang hati menerima perpanjangan peminjaman tersebut.

“Aku punya dua program di Sanbukis, yang pertama adalah Give Happiness. Kalau ini, temen-temen ngasih buku ke Sanbukis. Kedua, Sharing Happiness, kalau ini temen-temen cuma menitipkan buku buat dipinjamkan di Sanbukis,” imbuhnya.

Sementara, Rumah Mentari merupakan program Zalfaa dalam dunia pendidikan anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) di desanya. Ia bersama beberapa rekannya setiap Minggu mengajari anak-anak di sekitar rumahnya secara cuma-cuma. Program ini juga masih berjalan hingga sekarang.

Awal Mula Ikut Duta Bahasa

Mahasiswa asal Boyolali tersebut mengaku salah satu alasan mengikuti ajang ini adalah untuk mencari teman yang memiliki visi dan misi yang sepaham dalam dunia literasi. Tujuannya agar dapat diajak berkolaborasi dalam berbagai hal.

“Sekarang, aku sama Shella (pemenang 3 Duta Bahasa Jawa Tengah) ada program siaran langsung di Instagram, kami membahas buku yang selesai dibaca. Kami ingin orang-orang juga dapat nilai kebaikan dari buku yang kami baca. Terus, aku ingin menyalurkan hobi literasi, aku kan nggak punya wadah ya, jadi ketika jadi duta bahasa, kebermanfaatannya semakin luas karena jejaring banyak,” tutur Zalfaa.

Program yang ia usung juga menggabungkan antara dua hobinya, yaitu membaca dan menulis. Ia mengusung program bernama Sauna Citra: Sahabat untuk Pecinta Literasi.

Latar belakang pendidikan yang bukan berasal dari lingkup kebahasaan tidak membuatnya minder. Mengetahui hal tersebut, ia bertekad untuk terus belajar meningkatkan kemampuan dalam dunia kebahasaan. Hal tersebut terbukti ketika ia mendapat predikat unggul dalam Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).

Kesan menjadi Duta Bahasa Jawa Tengah

“Seneng, sebuah kehormatan bisa dipercaya provinsi Jawa Tengah ke ajang nasional. Tapi di balik itu ada proses panjang yang melelahkan, kaya latihan wicara publik, nyiapin Gim Sima, belum lagi pas berpasangan harus adaptasi, nyesuain sifat satu sama lain supaya membangun chemistry,” ungkap Zalfaa.

Ia juga tidak menyangka bahwa dirinya dapat menyabet gelar pemenang 1 dalam ajang tersebut. Saat diumumkan 3 besar dari 10 finalis, Zalfaa dipanggil paling terakhir. Ketika dua nama sudah dipanggil terlebih dahulu, dalam batinnya mengira bahwa satu nama terakhir bukan dirinya.

Prestasi

Tidak hanya berprestasi dalam pemilihan Duta Bahasa saja, ia juga sempat menjuarai berbagai macam kompetisi di tingkat nasional, antara lain Juara 1 Kompetisi Debat Bahasa Indonesia FKIP se-Indonesia 2021, Pembicara terbaik 4 KDBI FKIP se-Indonesia 2021, Student Exchange ICT Kemendikbudristek Universiti Kebangsaan Malaysia 2021, 5 Besar Rebut Kursi Pemred Tempo oleh Tempo Institute 2021, dan Juara Harapan 1 Mahasiswa Berprestasi FKIP UNS 2021.

Hal yang Zalfaa Tingkatkan

“Ada 3 hikmah yang aku dapat. Pertama, aku dibantu sama Ikadubas dan Balai Bahasa buat persiapan ke nasional, mereka ga tanggung-tanggung ngebantunya. Dari situ aku ingin membalas kebaikan mereka dengan cara berbuat baik ke orang lain juga,” kata Zalfaa.

Kedua, Ia ingin dapat konsisten dalam hal apapun. Lebih baik  1 persen setiap hari tetapi konsisten daripada 50% sehari tetapi setelahnya tidak ada proses. Semua tidak bisa dadakan, harus disiapkan, direncanakan, dan dinikmati prosesnya.

“Terakhir, pencapaian bukan akhir dari segalanya. Aku pernah sempet ada di posisi Duta Bahasa, menang lomba debat, orang-orang mungkin bakal bilang keren ya, tapi dalam hatiku itu kosong. Kosongnya karena aku sempet jauh dari Tuhan. Maka, entah ketika  kita sedang berpijak di bumi maupun di puncak kesuksesan, kita harus melibatkan Tuhan dalam setiap urusan,” imbuhnya.

Pesan dan Harapan

“Semoga aku bisa menjadi orang  yang meminimalisasi ekspektasi dan bisa bermanfaat dengan hal-hal kecil. Pokoknya, apa yang sedang dihadapi, harus dinikmati, dijalani dengan sebaik-baiknya, pasti bakal ada hal baik yang menanti setelahnya asal percaya dengan jalan yang sudah disiapkan oleh Tuhan,” pungkas Duta Bahasa Jawa Tengah 2021. Humas UNS

Reporter: Bayu Aji Prasetya
Editor: Dwi Hastuti

Scroll to Top
Skip to content