Dosen UNS Beri Pelatihan AFL bagi Guru Bahasa Inggris MA Solo Raya

UNS – Hasil penelitian menunjukkan bahwa Asssessment for Learning (AFL) atau dapat diartikan sebagai “asesmen/penilaian untuk pembelajaran” mampu memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kegiatan belajar siswa. Tetapi konsep ini belum begitu populer bagi para guru di Indonesia, termasuk guru Bahasa Inggris Madrasah Aliyah (MA) se-Solo Raya.

Fakta kurang positif itulah yang mendorong dua dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta melakukan pelatihan AFL bagi guru Bahasa Inggris MA se-Solo Raya. Tergabung dalam sebuah Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UNS, Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. dan Teguh Sarosa, S.S., M.Hum melakukan hal tersebut sejak 1 Agustus 2019 hingga 18 Oktober 2019 lalu, bertempat di MAN 1 Karanganyar.

“AFL belum dimanfaatkan dengan maksimal. Mereka lebih cenderung mengetes daripada mengajar dan menjadi pelaksana kurikulum secara mekanistik. Khususnya untuk keterampilan berbahasa, seperti listening, reading, speaking, dan writing,” ujar Prof. Dr. Joko Nurkamto.

AFL merupakan sebuah proses berupa evaluasi kegiatan pembelajaran di kelas yang tidak hanya terpaku pada nilai tes pertengahan dan akhir semester siswa saja. Tetapi juga bagaimana seorang guru mampu memberikan pendapat dan masukan membangun terhadap hasil pekerjaan siswa, sehingga siswa mengerti cara memperbaikinya.

“Konsep ini akan memberikan dampak yang sangat positif, terlebih ketika umpan balik diberikan secara tepat,” imbuh Prof. Joko Nurkamto.

Dengan adanya asesmen yang tepat dan periodik, guru akan lebih mudah membuat perencanaan pembelajaran yang lebih efektif dan mengidentifikasi kebutuhan siswa dalam pembelajaran.

Pelatihan AFL yang diikuti oleh 25 orang guru ini, dilaksanakan dengan lima pertemuan. Yaitu pre-asesmen, presentasi materi, pembahasan dan diskusi artikel penelitian terkait AFL bereputasi internasional dan diakhiri dengan kegiatan refleksi akhir. Pada pertemuan pertama, diketahui bahwa para peserta belum pernah mengikuti pelatihan AFL.

“Mereka mengaku belum pernah ikut pelatihan AFL.  Hal itu diperkuat dengan jawaban mereka atas pertanyaan tentang konsep AFL, dari 25 orang peserta pelatihan, tidak ada satupun yang benar,” ujar Prof. Joko.

Hingga akhirnya pada tahap refleksi akhir di pertemuan kelima, para peserta menyatakan bahwa mereka sudah memahami konsep  dan aplikasi AFL dalam pembelajaran. Bahkan, mereka berharap agar pelatihan AFL semacam ini dapat dilanjutkan dengan tahapan yang meningkat.

“Mereka akhirnya menganggap bahwa AFL sangat bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran di kelas. Mereka pun berharap AFL ditindaklanjuti dengan praktik dalam kelas agar dapat melaksanakan AFL dengan benar,” pungkas Prof. Joko. Humas UNS/ Kaffa

Skip to content