Langsung dari Kroasia, Indra Sjafri Berikan Kuliah Perdana Sepak Bola FKOR UNS

UNS – Pelatih Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Indonesia U-23, Indra Sjafri, memberikan kuliah perdana sepak bola kepada mahasiswa Fakultas Keolahragaan (FKOR) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta melalui Zoom Cloud Meeting, Rabu (30/9/2020) sore.

Meski tengah sibuk mendampingi skuat Timnas Indonesia U-19 yang sedang mengikuti pemusatan latihan bersama Shin Tae-yong di Kroasia, Indra Sjafri yang akrab disapa Coach Indra ini, mau meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan pengalaman seputar kepelatihan keolahragaan yang pernah ia jalani.

“Saya dulu itu kerja di kantor pos dan sempat jadi kepala distribusi di bandara. Tapi karena itu bukan passion saya, akhirnya saya memutuskan untuk menekuni bidang sepak bola,” ujar Indra Sjafri.

Ia mengatakan keputusannya pada tahun 2007 silam untuk terjun ke dunia sepak bola dilakoninya dengan kerja keras dan ketulusan. Sebelum mengambil keputusan tersebut, Indra Sjafri yang juga Direktur Teknik Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ini, sudah lekat dengan dunia kulit bundar karena pernah berprofesi sebagai pemain.

Sepanjang tahun 1979-1990, Indra Sjafri mengawali kariernya sebagai pemain di Machudum Football Club dan dilanjutkan pada tahun 1980-1981 di PSP Padang. Meski pernah menjadi pemain sepak bola, Indra Sjafri mengatakan pengalaman seorang pemain untuk menjadi pelatih sepak bola tidaklah cukup. Agar mampu mencetak pemain-pemain hebat, seorang pelatih sepak bola, disebut Indra Sjafri, harus dibekali dengan pengetahuan dan kompetensi yang mumpuni.

Menyinggung soal profesi kepelatihan, Indra Sjafri, menyoroti kurangnya jumlah pelatih di Indonesia. Ia membandingkan ketersediaan pelatih di Jepang yang jumlahya mencapai 60.000. Sedangkan, di Indonesia jumlahnya hanya 3.000 pelatih saja.

Kurangnya ketersediaan pelatih yang mumpuni, disebut Indra Sjafri, disebabkan oleh ketidakmerataan jumlah pelatih di 34 Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI di Indonesia.

Untuk menunjang kebutuhan pelatih di masing-masing Asprov, Indra Sjafri, mengatakan pihaknya sedang berusaha menjalin komunikasi dengan pemerintah agar kursus kepelatihan untuk lisensi D dan C digratiskan.

“Sedang kami usahakan untuk digratiskan. Jadi, nanti yang ada di Asprov Yogyakarta tidak bisa masuk ke Asprov Jawa Tengah, dan begitu pula di provinsi lainnya. Karena, selama ini yang mampu mengambil kursus kepelatihan hanyalah orang-orang yang punya uang,” lanjut Indra Sjafri.

Selain berusaha untuk menggratiskan kursus kepelatihan bagi lisensi D dan C, Indra Sjafri yang sempat membawa Timnas Indonesia U-19 juara Piala AFF 2013 ini, menambahkan pihaknya akan mulai menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi.

Hal tersebut dimaksudkan agar PSSI dapat mengembangkan sepak bola kearah yang lebih baik dengan memanfaatkan sport science. Sport science dinilai Indra Sjafri sebagai hal yang penting. Karena, di jaman yang serba modern ini, pelatih sepak bola punya tanggung jawab dan tuntutan lebih untuk mendidik pemain dengan keilmuan.

Ia mencontohkan sosok Diego Maradona yang dikenal pecinta sepak bola sebagai pemain terbaik di dunia pada masanya. Walau sosoknya sangat melegenda, Diego Maradona gagal mengimplementasikan pengalamannya selama menjadi pemain saat sudah menjadi pelatih.

“Perguruan tinggi itu penting karena untuk menjadi pelatih sepak bola tidak bisa membangun tim dengan cara konvensional yang apa-apa semua dikerjakan oleh pelatih. Maka dari itu perlu adanya sport science. Seorang pelatih juga harus paham bagaimana cara belajar yang kognitif, asisosiatif, dan otomatis anak didik mampu memahami apa yang kita ajarkan,” pungkasnya. Humas UNS

Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content