Dosen Teknik UNS Rancang Mobile UPAL

Sekelompok peneliti dari Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) berhasil merancang unit pengolahan air limbah yang didesain khusus untuk mengolah air limbah batik. Murah dan sifatnya yang mobile menjadi keunggulan alat tersebut sehingga bisa dioperasionalkan di perkampungan. Alat ini diberi nama Unit Pengolahan Air Limbah (UPAL-RE)

Alat yang masih berupa prototype dengan kapasitas 250 liter itu bekerja menggunakan prinsip elektrokimia. Air limbah batik dimasukkan ke dalam bak penampungan dari bahan fiber yang telah dipasang bebelapa plat logam sebegai elektroda. Plat tersebut dialiri listrik dengan 4.000 watt dengan menempatkan Anoda sebagai kutub positif dan Katoda sebagai kutub negatif.

Reaksi tersebut menghasilkan gas Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2) yang mendesak ke permukaan. Kedua gas itu lah yang mampu lantas mengikat zat-zat pewarna yang digunakan dalam pembuatan batik. “Zat pewarna yang terikat lalu terbawa ke permukaan membentuk padatan yang terapung atau biasa disebut flok,” kata Budi Utomo, salah satu peneliti.

Sementara itu, air yang dihasilkan dari rekasi tersebut juga memiliki kualitas yang telah memenuhi standard air baku. Hal itu mengacu pada kadar COD dan BOD dalam air yang berada di bawah standard yang diperbolehkan sebagai air baku.

Penggunaan UPAL-RE ini tergolong murah. Untuk reaksi kimia selama 40 menit hanya diperlukan biaya sekitar Rp 3.000,-. Untuk menghidupkan UPAL-RE, Budi menggunakan genset. Sebab, daya listrik yang dimiliki rumah tangga tidak mampu menyuplai energi yang dibutuhkan UPAL-RE.

Budi mengakui, pihaknya harus banyak melakukan penelitian lanjutan terkait penggunaan alat tersebut, seperti misalnya mengenai limbah padat yang disebut flok. Dengan skeptis, dia mempertanyakan, “Apakah flok tersebut bisa digunakan sebagai bahan bakar atau barangkali bagus untuk dijadikan bahan lantai, dan sebagainya. Kami perlu meneliti itu semua,” ujarnya.

Saat ini, alat tersebut masih dalam proses pembuatan paten.[]

Skip to content