Mahasiswa UNS Kaji Potensi Eceng Gondok dan Jahe Merah untuk Penyembuh Luka Diabetes

UNS – Salah satu Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE) dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mempunyai inovasi dengan memanfaatkan eceng gondok dan jahe merah sebagai plester hydrogel untuk menyembuhkan luka pada penderita Diabetes Mellitus (DM) yang Terinfeksi MRSA. Tim ini berada di bawah bimbingan Dr.rer.nat. Maulidan Firdaus, M.Sc yang beranggotakan Muhammad Iqbal Daniswara dari mahasiswa Program Studi (Prodi) Kimia 2017, Khoirul Jamaluddin dari mahasiswa Prodi Kimia 2016 serta Novi Andriani dari Prodi D3 Farmasi 2018.

Kepada uns.ac.id, Ketua Tim, Muhammad Iqbal Daniswara menjelaskan, ide inovasi ini berasal dari melihat sumber serat alam selulosa yang sangat melimpah yaitu eceng gondok. Kandungan eceng gondok didominasi oleh selulosa sebanyak 60% sehingga membuat eceng gondok menjadi bahan yang bagus untuk pembuatan hydrogel. Namun, hidrogel hanya dapat membantu dalam penutupan luka tanpa mencegah pertumbuhan mikroorganisme sehingga dipandang perlu untuk menambahkan agen antibakteri.

Salah satu kandidat yang berpotensi sebagai agen antibakteri adalah jahe merah. Jahe merah diteliti memiliki aktivitas antibakteri sehingga terbukti dapat membunuh bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). MRSA atau methicillin-resistant staphylococcus aureus adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Keberadaan Staphylococcus aureus memiliki potensi menginfeksi luka DM bisa mencapai lima kali lipat. Hal tersebut dapat menyebabkan luka semakin memburuk dan jika tidak segera ditangani maka penderita luka harus menjalani amputasi.

“Penderita diabetes yang terus meningkat kian memprihatinkan. Luka diabetes yang tidak mendapatkan perawatan dapat memperburuk kondisinya akibat infeksi, terutama oleh bakteri MRSA yang cenderung terdapat di tempat lembab seperti kulit. Oleh karena itu, kami mengeksplor informasi bahan-bahan di sekitar kita yang berpotensi dalam penyembuhan luka diabetes,” ungkap Iqbal, Selasa (24/11/2020).

Data dari World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2025 angka kejadian DM akan meningkat menjadi urutan kelima (12.4 juta orang) dari sebelumnya urutan ketujuh pada tahun 1995 (4.7 juta orang).

“Hidrogel yang bersifat biocompatible memiliki kemampuan penyembuhan luka yang lebih baik dari plester luka biasa. Untuk meningkatkan performanya dalam membunuh bakteri diperlukan agen antimikroba. Ekstrak jahe merah telah terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri MRSA. Dengan mencampur ekstrak jahe merah dalam hidrogel sebagai Plester, maka dapat berpotensi menyembuhkan luka diabetes dan mencegah infeksi,” ungkap Iqbal.

Penelusuran literatur lebih lanjut menunjukkan bahwa belum ada yang melaporkan secara komprehensif mengenai potensi selulosa eceng gondok dan agen antibakteri dari rimpang jahe merah sebagai plester pembalut luka diabetes. PKM ini bertujuan untuk memperlihatkan potensi selulosa eceng gondok sebagai basis hidrogel dan rimpang jahe merah menjadi agen antibakteri untuk alternatif baru plester penyembuh luka diabetes melitus.

PKM-PE ini pun berhasil meraih Dana Hibah PKM 2020 dari Kemdikbud RI dan lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2020. Mengenai pencapaian tersebut, Iqbal dan tim berharap agar mampu memberikan hasil terbaik dan mendapatkan medali. Humas UNS

Reporter: Dwi Hastuti

Skip to content