Berbagi Motivasi Bersama Tokoh Inspiratif dalam ESA’S FAIR 2019

UNS – Seminar Nasional Motivasi English Student Association (ESA) Fair kembali hadir pada Sabtu (13/4/2019) di Aula Gedung F Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Dalam penyelenggaraan yang ke-16 tahun ini, ESA mengundang sejumlah tokoh inspiratif untuk hadir sebagai pembicara.

Mereka adalah Maria Dea dari Komunitas Ketimbang Ngemis Solo, Randy Pratama yang merupakan Pendiri Kampung Inggris Cool, Pare dan Didik Kartika dari Solo Mengajar. Mereka bertiga adalah sosok-sosok inspiratif yang memutuskan mengabdikan diri dalam dunia sosial dan pendidikan.

Seperti Didik Kartika, beberapa orang mungkin sudah tidak asing lagi dengan namanya sebab sosok yang satu ini memang sudah sangat lekat dengan gerakan Solo Mengajar dimata orang Solo.

Dihadapan mahasiswa dan mahasiswi yang hadir, Didik mengatakan bahwa Solo Mengajar adalah sebuah gerakan yang selalu konsisten untuk mengabdikan diri dalam dunia pendidikan, khususnya untuk masyarakat kota Solo.

“Sampai detik ini kami masih konsisten punya karya dan program. Kami tidak membuat project sebab tujuan kami itu tujuan jangka panjang untuk momong adik-adik di kota Solo ini,” ujar Didik.

Tidak hanya mengenalkan profil Solo Mengajar, Didik juga mengutarakan bahwa para relawan Solo Mengajar dapat bertahan dan terus bertambah hingga saat ini sebab para relawan melihat tujuan yang jelas dalam Solo Mengajar. Hal itu dianggapnya sangat berharga sebab banyak orang bisa memilih namun tidak konsisten dengan pilihannya.

Selain Didik, pendiri Kampung Inggris Cool (KIC) Pare, Randy Pratama juga membagikan banyak kisah-kisah inspiratif dari perjalanan hidupnya yang mampu mengantarkannya sukses mendirikan Kampung Ingris Cool.

Randy memulai ceritanya dengan menceritakan impiannya ketika masih terobsesi menjadi seorang tentara. Lambat laun cita-cita Randy menjadi seorang tentara berubah menjadi seorang programmer.

“Dulu saya sangat terobsesi untuk menjadi seseorang yang hebat. Hingga pada masa SMA saya tidak dapat memahami kata why. Why saya memutuskan hal tersebut,” katanya.

Singkat cerita Randy memutuskan menjadi seorang pengajar meski peran tersebut tidak terlalu disukainya. Jatuh bangun pun sempat dirasakan Randy hingga pada akhirnya berkat ketekunannya tersebut ia mampu mendirikan kampung Inggris yang dinamainya Kampung Inggris Cool.

Tidak mau kalah semangat dengan dua sosok lainnya, Maria Dea yang merupakan bagian dari gerakan sosial Ketimbang Ngemis Solo turut memperkenalkan gerakannya. Dalam kesempatannya, Maria mengungkapkan bahwa dalam usaha untuk mengubah mindset seorang pengemis agar tidak mengemis lagi adalah sebuah hal yang sangat susah.

“Di daerah lain kami pernah memberikan modal kepada pengemis agar ia tidak mengemis lagi. Namun, itu hanya bertahan 1-2 bulan saja sebab ia tidak bisa mandiri karena selalu bergantung pada modal yang diberikan,” kenang Maria.

Sebagai penutup, Maria mengatakan bahwa Komunitas Ketimbang Ngemis Solo selalu menanamkan hal yang sangat mendasar bagi para pengemis, yaitu bahwa mengemis itu tidak enak. Dan Maria bersama komunitasnya selalu berusaha meluluhkan hati pengemis dengan berbagai siasat agar tidak turun ke jalan untuk mengemis lagi. Humas UNS/ Yefta

Skip to content