Hadapi New Normal dengan Tidak Panik

UNS – Korps Sukarela (KSR) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan seminar online pada Minggu (21/6/2020). Agenda tersebut mengangkat tema “Indonesia Hebat Hadapi New Normal.” Bersama dengan dua pembicara, agenda ini dipandu oleh dokter muda Fakultas Kedokteran (FK) UNS, Anisa Naziha, S.Ked melalui aplikasi Google Meeting.

Pembicara pada agenda tersebut ialah dr. Tonang Dwi Ardyanto, Sp.PK, Ph. D selaku Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit (RS) UNS dan juru bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 RS UNS. Kemudian pembicara kedua yaitu Fadjri Kirana Anggarani, S.Psi., MA. yang saat ini menjadi dosen di Program Studi (Prodi) Psikologi UNS dan Tim Psikologi Career Development Centre (CDC) UNS. Lebih dari 100 peserta bergabung dari berbagai latar belakang daerah.

Mengawali penjelasan materi “Healthy Life Style in New Normal Era”, dr. Tonang menjelaskan tentang bagaimana perjalanan Covid-19 ini ada dan proses penyebarannya. Dampak terhadap kondisi inipun turut mempengaruhi kehidupan sosial di masyarakat dari sisi kesehatan, sosial dan ekonomi. Tidak sedikit hal tersebut menimbulkan kebingunan di masyarakat yaitu untuk mengutamakan kesehatan atau perekonomian.

Pemerintah sendiri akhirnya mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai salah satu respon dari kondisi tersebut. Dalam penjelasannya, dr.Tonang menyebutkan jika membaca secara data, saat ini kondisinya belum bisa untuk melakukan kelonggaran, karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menerapkan kelonggaran ini.

“Kita belum bisa sebetulnya, namun kita sadari soal pekerjaan, ekonomi dan sebagainya, maka, ya jadi pemerintah memberikan wacana untuk melakukan kelonggaran secara bertahap,” jelas dr. Tonang.

Pada kesempatan tersebut dr. Tonang menjelaskan tentang rekomendasi empat tahap menghadapi pandemi yang diberikan oleh World Health Organization (WHO). Tahap pertama melakukan persiapan terhadap keadaan yang ada. Kemudian melakukan proses deteksi, melindungi dan memberikan perawatan yang baik. Selanjutnya mengurangi penyebaran virus dan terakhir menemukan inovasi dan belajar terhadap kondisi yang terjadi. Indonesia sendiri telah melewati dan melakukan tiga tahap pertama dan saat ini tengah menjalani tahap keempat yaitu menemukan inovasi dan belajar dalam bentuk New Normal.

“Yang dicari hanyalah menjaga jarak secara fisik, tetapi jangan sampai berjarak secara sosial,” tutur dr. Tonang mengingatkan.

Berkaitan dengan New Normal maka terdapat istilah herd imunity yang dekat untuk diperbincangkan. Keberadaan vaksin untuk mendukung upaya ini dijelaskan oleh dr. Tonang pada saat sesi tanya jawab. Seorang peserta menanyakan terkait upaya Indonesia dalam membuat vaksin untuk Covid-19. Dijelaskan oleh dr. Tonang bahwa saat ini sedang dilakukan uji klinik di Bandung, biasanya proses uji klinik ini membutuhkan 4-5 tahun tetapi WHO mengupayakan proses ini bisa dilakukan 18 bulan. Sehingga beliau menghimbau pada masyarakat untuk jangan cepat percaya dengan berita yang ada. Penyakit ini mulai terdeteksi pada akhir tahun 2019, sehingga secara keilmuan memerlukan waktu untuk menemukan vaksin.

Diakhir sesi dr. Tonang juga memberikan saran kepada pemerintah untuk bisa secara terbuka dan jelas ketika memberikan intruksi kepada masyarakat. Sehingga masyarakat bisa memahami langkah-langkah apa yang harus mereka lakukan untuk berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan Covid-19. Selain itu disampaikan juga bagi anak muda untuk turut berkontribusi menjadi agen-agen penyemangat dan pembaharu untuk menyebarkan semangat positif dengan cara menyampaikan informasi secara terbuka serta bisa menyaring informasi yang akan disebarluaskan kepada masyarakat.

Pada sesi selanjutnya disampaikan oleh Kiki panggilan Fadjri Kirana Anggarani, S.Psi., MA dari sudut pandang psikologi mengangkat tema Boost Productivity in New Normal Era. Sebelum sesi dimulai, Kiki melakukan survei terhadap peserta untuk mengetahui perubahan aktivitas yang dilakukan selama masa pandemi dan menjelang new normal. Menurut survei cepat tersebut terdapat perubahan secara kebiasaan yang dilihat dari kondisi psikologi masyarakat.

Keadaan ini menantang bagi masyarakat untuk menghadapi pola hidup baru yang tidak sama atau kembali seperti awal meskipun telah dilakukan kelonggaran. Kebiasaan tersebut seperti menggunakan masker, kewajiban untuk cuci tangan, melakukan antrian dengan berjarak dan sebagainya. Selain itu jika dilihat dari sudut pandang produktifitas. Banyak agenda yang harus dilakukan dari rumah dan datang hampir bersamaan sehingga memberikan tekanan bagi individu. Jika diteruskan hal tersebut tidak sehat bagi kewarasan individu.

Menghadapi masa new normal ini Kiki menyarankan untuk move on dengan kondisi yang ada. Seorang individu harus berani mengambil sikap dan kreatif dalam menghadapi keadaan. Terdapat berbagai cara yang bisa dilakukan seperti memahami atau berdamai dengan keadaan, update terhadap informasi yang ada serta berusaha untuk mempelajari hal yang baru.

“Jangan tertekan untuk menjadi produktif. The pandemic is not a productivity contest. Nikmatilah yang sekarang karena bisa jadi anda lebih bersyukur,” tutup Kiki.HUMAS UNS/Ratri/Dwi

Skip to content