Konsep Sehat dan Tradisi Pengobatan dalam Budaya Jawa

UNS – Guru Besar UNS bidang Kajian Budaya, Prof. Bani Sudardi memaparkan mengenai konsep sehat dan tradisi pengobatan dalam budaya Jawa. Hal tersebut disampaikan dalam webinar yang diselenggarakan oleh Balai Litbang Agama Jakarta, Selasa (7/7/2020) melalui aplikasi Zoom Meeting dan Youtube. Prof. Bani menyampaikan bahwa saat ini pengobatan tradisional menjadi tren penelitian sehingga mulai timbul akan kesadaran tentang pengobatan tradisional.

“Secara sinkronik, Jawa memiliki 4 wilayah besar, yaitu Jawa Banyumas, Jawa Yogya-Solo atau Mataraman dengan wilayah membentang dari Purworejo sampai dengan Madiun, serta budaya Jawa Wetan dengan wilayah Caruban ke timur sampai Banyuwangi dan ke selatan masuk wilayah Malang. Di samping itu ada wilayah budaya Jawa yang disebut Jawa Koek, wilayah budaya Cirebon sampai dengan Banten,” jelasnya.

Prof. Bani dalam webinar ini memfokuskan pada wilayah budaya Yogya-Solo atau sekitar keraton Mataram. Pengobatan tradisional dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu pengobatan herbal dan pengobatan dengan menggunakan binatang.

Pengobatan penyakit dalam budaya Jawa pada mulanya tersimpan dalam tradisi lisan yang dilakukan secara turun temurun. Seiring dikenalnya tulisan, maka tradisi pengobatan tersebut kemudian ditulis baik pada lontar, bambu, maupun kulit binatang.

“Dalam tradisi Jawa baru, jenis karya untuk menuliskan pengobatan itu sering disebut primbon sejenis bunga rampai pengetahuan. Salah satu kitab primbon terbesar dalam tradisi Jawa yaitu Serat Centhini. Selain itu, ada juga primbon-primbon kecil seperti Serat Primbon Atmasupana, Betal Jemur Adamakna, Primbon Ajiwara, Serat Munasiyat Jati, dan sebagainya,” ungkapnya.

Salah satu manuskrip yang membahas mengenai konsep sehat dalam budaya Jawa yaitu Serat Munasiyat Jati. Prof. Bani juga menjelaskan terdapat beberapa makanan yang dapat mempengaruhi kesehatan menurut serat tersebut.

“Makanan rebung dan ujung tanaman muda menyebabkan mudah tertipu karena tanaman muda itu masih empuk dan lemah. Kemudian daun kelor menjadikan lemah atau dilemahkan karena biasa digunakan untuk melumpuhkan ajian. Lalu daging kerbau dapat menjadikan tubuh tidak kuat karena kerbau terkenal binatang yang malas, itu yang ada pada Serat Munasiyat Jati,” terangnya.

Serat Munasiyat Jati juga memberikan beberapa larangan dan anjuran serta akibat dari perbuatan-perbuatan mengkonsumsi jenis makanan tertentu.
“Orang yang tidak makan sehari artinya mendekatkan pada kematian. Lalu orang yang Begadang terus-menerus menjadikan dirasuki siluman. Orang suka bertapa berperilaku seperti hewan. Kemudian menghindari makan nasi, daging, dan garam menjadikan badan selalu sehat dan bebas dari segala penyakit. Berikutnya orang yang canduk atau bekam akan menghilangkan pegal dan linu,” imbuhnya.

Selain tradisi pengobatan secara herbal, masyarakat Jawa juga memiliki tradisi pengobatan dengan binatang sejak ratusan tahun silam. Tradisi pengobatan tersebut biasanya bercampur dengan kepercayaan atau ritual.
“Binatang yang banyak digunakan untuk pengobatan tradisional ialah ayam yang nantinya akan dimanfaatkan telurnya. Dalam budaya Jawa, telur ayam yang biasa digunakan sebagai obat ialah telur ayam yang keluar pertama dari ayam yang sebelumnya belum pernah bertelur. Telur ini disebut telur tembean yang artinya baru bertelur. Telur ayam kampung juga dipercaya menyehatkan badan untuk semua umur,” pungkasnya. Humas UNS

Skip to content