Search
Close this search box.

Prodi Sastra Daerah UNS Gelar Pelatihan Pambiwara dan Pidato Bahasa Jawa

UNS— Program Studi (Prodi) Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan Pengabdian Masyarakat dengan tema Pelatihan Pambiwara (Master of Ceremony atau MC) dan Pidato Berbahasa Jawa di Kalurahan Jaten, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Kegiatan ini bertempat di Balai Kelurahan Jaten pada Senin (15/7/2024).

Ketua Pelaksana Pengabdian, Dr. Supana, M.Hum. dalam laporannya  mengatakan, dalam kondisi pengaruh global yang semakin kuat dan tidak terelakkan, kebudayaan Jawa lambat laun semakin ditinggalkan khususnya oleh generasi muda. Untuk itu perlu memperkenalkan kebudayaan Jawa yang adi luhung kepada generesi muda. Melalui pelatihan ini pihaknya berharap agar masyarakat khususnya generasi muda lebih mengenal dan dapat mempraktikkan Pambiwara dan Pidato Berbahasa Jawa dalam upacara tradisional Jawa yang diadakan di lingkungannya secara baik dan benar sesuai kaidah.

“Meski Pelatihan berlangsung malam hari, tetapi peserta cukup antusias mengikuti kegiatan yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana melestarikan dan mengembangkan budaya Jawa. Pelatihan ini diikuti oleh 75 peserta terdiri dari tokoh masyarakat dan pemuda,” terang Dr. Supana.

Sementara itu, Kepala Desa Jaten, Suhargyo Satoto, S. Sos., M.M. dalam sambutannya mengakui banyak masyarakat yang tidak memahami bahasa Jawa dengan baik. Banyak yang salah dalam menerapkan bahasa Jawa dengan baik, khususnya dalam menerapkan kata-kata krama inggil. Untuk itu diharapkan masyarakat di wilayahnya memanfaatkan kesempatan pelatihan ini dengan baik.

Kepala Program Studi Sastra Daerah FIB UNS, Dr. Prasetya Wisnu Wibawa, M.Hum.  dalam sambutannya menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan budaya di kawasan Surakarta dan sekitarnya masih menggunakan bahasa Jawa. Kegiatan budaya dalam upacara tradisional tidak bisa dipisahkan dengan bahasa Jawa. Menurutnya, dalam penggunaannya bahasa Jawa harus memperhatikan “leres dan laras”. Leres yaitu penggunaan bahasa harus memperhatikan kaidah tatabahasa (paramasastra), penggunaan bahasa yang laras adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan situasi.

Prof. Dr. Sumarlam sebagai salah satu pemateri Pelatihan Pambiwara dan Pidato Berbahasa Jawa mengungkapkan, pidato-pidato khususnya dalam upacara tradisional seringkali atau pada umumnya tidak diperhatikan oleh hadirin karena bahasanya sulit dipahami (bahasa dhakik-dhakik). Agar para pemuda tertarik dan tidak mengalami kesulitan bahasa dalam pidato maka bahasa yang digunakan harus dibuat sesederhana mungkin, menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti. Untuk itu menurutnya pidato dengan bahasa Jawa harus ringkas, padat, dan mudah dipahami, mudah diingat-ingat, dan mudah diterapkan.

Narasumber lainnya, Drs. Imam Sutarjo, M.Hum. dalam acara pelatihan Pambiwara dan Pidato Bahasa Jawa ini mengajak semua yang hadir untuk belajar bahasa Jawa bersama agar bahasa Jawa semakin berkembang dan lestari. Senada dengan Prof. Dr. Sumarlam, Drs. Imam Sutarjo, M.Hum. juga menyatakan pentingnya penggunaan bahasa yang sederhana dalam pidato berbahasa Jawa.

HUMAS UNS

Redaktur: Dwi Hastuti

Scroll to Top
Skip to content