Tips Hadapi Ancaman Otomatisasi dan Kepunahan Pekerjaan Bagi Mahasiswa

Tips Hadapi Ancaman Otomatisasi dan Kepunahan Pekerjaan Bagi Mahasiswa

UNS – Mahasiswa Teknik Industri harus bersiap menghadapi tantangan besar di era Revolusi Industri 4.0. Kehadiran revolusi industri generasi keempat ini diyakini membawa dampak hilangnya beberapa pekerjaan lama di sektor industri. Pekerjaan yang dulunya dikerjakan oleh manusia kini sudah mulai digantikan dengan mesin atau kecerdasan buatan (artificial intellegence).

Dalam Kuliah Profesi Teknik Industri UNS, Konsultan Sektor Publik World Bank Amirah Kaca menjelaskan jenis-jenis pekerjaan yang akan tergerus oleh kemajuan teknologi.

“Pekerjaan yang akan hilang nantinya adalah pekerjaan yang tidak membutuhkan strategi dan kreativitas. Juga yang tidak butuh emotional skill,” kata lulusan Teknik Industri ITB ini di Ruang Seminar Utama, Gedung 3 Fakultas Teknik UNS, Rabu (21/8/2018).

Oleh karena itu, wanita yang akrab disapa Kaca ini menyarankan agar mahasiswa memilih profesi yang membutuhkan strategi, kreativitas dan softskill. Jenis pekerjaan seperti itulah yang diyakini tetap dibutuhkan di masa depan.

Namun memilih jenis profesi yang tepat belum sepenuhnya menjamin terhindar dari ancaman pengangguran. Mahasiswa harus benar-benar mempersiapkan diri secara matang untuk menghadapi dinamika perubahan industri.

Sebab, kata dia, karier di masa depan tidak akan selalu linear karena industri akan terus terdisrupsi. Kondisi industri tidak akan pernah stabil. Dengan kata lain, perusahaan yang berdiri saat ini belum tentu akan bertahan di masa depan.

“Lulusan Teknik Industri 2000-an ke sini, pekerjaannya sudah tidak linear. Ada yang memulai karier di perbankan, lalu pindah ke sektor publik. Tidak bisa selamanya bekerja di satu tempat terus,” ungkap Kaca.

Menurutnya, pekerjaan yang sebelumnya berbasis organisasi dan lokasi, ke depannya akan berubah menjadi pekerjaan berbasis proyek atau program. Sehingga dalam mencari pekerjaan, sebaiknya tidak terpaku pada besar atau kecilnya perusahaan, melainkan fokus pada masalah yang ingin diselesaikan.

“Jika dulu, setelah lulus kuliah, orang langsung bermimpi ingin bekerja di perusahaan multinasional, atau ingin menjadi PNS. Kita memilih pekerjaan berdasarkan tempat. Tapi sekarang tidak bisa seperti itu. Kini, mahasiswa harus berpikir masalah apa yang ingin diselesaikan setelah lulus kuliah,” kata Kaca dengan penuh semangat.

Dengan adanya keinginan untuk berkontribusi dalam menyelesaikan masalah, pekerjaan akan datang dengan sendirinya. “Misalnya, saya ingin memperbaiki sektor publik di manapun tempat kerjanya, maka kesempatan kerja itu akan selalu datang. Sekarang kita lebih menawarkan masalah apa yang bisa kita selesaikan. Perusahaan Anda kurang sebelah sini. Saya memiliki kemampuan ini untuk menyelesaikan masalah tersebut,” lanjut lulusan London School of Economics and Political Science (LSE) ini.

Setiap mahasiswa harus memiliki kemampuan sebagai problem solver yang baik. Itu bisa dilatih dengan mengikuti kegiatan yang dapat mengembangkan soft skill dan keahlian seperti organisasi kampus, menjadi relawan, dan program internship.

Sementara untuk meningkatkan daya saing, mahasiswa bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. “Jadi teruslah belajar dan belajar. Mulai sekarang bisa merencanakan S2 untuk meningkatkan karier kalian atau ketika ingin melakukan perubahan karier. Jika ingin mendaftar beasiswa, ingat pesan saya, fokus pada masalah apa yang ingin kalian selesaikan untuk bangsa,” tandasnya. Humas UNS

Skip to content