Museum Goes to Campus: Jadi Sarana Edukasi, Rekreasi, dan Informasi

Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (FIB UNS) Surakarta berinisiatif mengadakan kegiatan pameran yang berisi koleksi beberapa museum di Indonesia. Kegiatan tersebut akan digelar di Auditorium UNS mulai Selasa hingga Minggu, (8-13/11/2016). Dalam Museum Goes to Campus (MGtC) yang diikuti 24 museum dan/atau lembaga ini, panitia mengusung tema “Menjaga Memori Kolektif Bangsa”. Pameran akan dibuka mulai pukul 9.00 WIB sampai 17.00 WIB di setiap hari pelaksanaan tanpa dipungut biaya.

(kiri-kanan) Koordinator Tali Sejarah, Agus HK Soetomo; Dekan FIB, Riyadi Santosa; dan Kaprodi Ilmu Sejarah, Tiwuk Kusuma Hastuti.
(dari kiri) Koordinator Tali Sejarah, Agus HK Soetomo; Dekan FIB, Riyadi Santosa; dan Kaprodi Ilmu Sejarah, Tiwuk Kusuma Hastuti.

Dalam kegiatan ini, prodi terkait bekerja sama dengan Komunitas Tali Sejarah, Keluarga Alumni Fakultas Ilmu Budaya (KAFIB) UNS, dan Keluarga Alumni Fakultas Seni Rupa (KAFSRD) UNS. MGtC merupakan pameran bersama sejumlah museum yang dimaksudkan untuk memudahkan publik mendapatkan akses informasi mengenai hal-hal umum yang terkait dengan museum, nilai sejarah, dan memori kolektif bangsa. “Selain itu, juga untuk menjalin kerja sama antara museum dan kampus, dan dalam rangka mendukung program pemerintah di bidang penguatan karakter bangsa, pendidikan, dan pariwisata,” ungkap Kepala Prodi Ilmu Sejarah, Tiwuk Kusuma Hastuti.

Ia melanjutkan bahwa museum juga merupakan sarana edukasi, rekreasi, dan informasi yang relatif lengkap. Dalam konteks penguatan jati diri dann pembangunan karakter bangsa, museum dengan koleksi dan riwayat kesejarahan adalah penjaga memori bangsa sekaligus menyimpan warisan nilai-nilai sejarah. Hal tersebut, tentunya harus dilestarikan dan disosialisasikan kepada masyarakat.

Lebih lanjut, Dekan FIB, Riyadi Santosa merasa prihatin dengan kondisi museum saat ini. “Kita mengadakan acara MGtC ini untuk tujuan mulia, kalau boleh saya bilang. Karena sampai saat ini kita merasa bahwa kehadiran museum di lingkungan kita masih belum terasa merasuk ke dalam nurani masyarakat,” tuturnya. Kegiatan ini, lanjutnya, adalah salah satu usaha untuk mendekatkan masyarakat dan museum yang notabene merupakan bagian dari sejarah peradaban manusia.

Riyadi sampaikan keprihatinan kondisi museum di lingkungan masyarakat.
Riyadi sampaikan keprihatinan kondisi museum di lingkungan masyarakat.

Sebanyak 24 museum dan/atau lembaga dari Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Surakarta, Sragen, Sukoharjo, dan Blitar ini akan menampilkan profil dan memamerkan koleksi sesuai dengan karakter museum terkait. Beberapa museum yang terlibat adalah Museum Sumpah Pemuda (Jakarta), Museum Basoeki Abdullah (Jakarta), Museum Kepresidenan (Bogor), Museum Monumen Jogja Kembali (Yogyakarta), Museum Proklamator (Blitar), Museum Radya Pustaka (Surakarta), dan lain sebagainya.

Selain agenda utama berupa pameran di atas, ada beberapa agenda lain yakni penandatanganan nota kesepahaman antara UNS dan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengenai pengembangan museum di kampus. Selanjutnya, seminar tentang “Kampus dan Masa Depan Museum di Indonesia” (8/11/2016), Forum Group Discussion (FGD) “Kampus dan Museun” (10/11/2016), diskusi “Penguatan Nilai-nilai Sejarah” (11/11/2016), lomba fotografi, festival kebudayaan dalam bentuk lomba dongeng nusantara, dan bazar UMKM Mahasiswa.[](dodo.red.uns.ac.id)

Skip to content