Bentuk Jurnalis Anti Hoax: LPM VISI FISIP UNS Adakan Pelatihan Jurnalistik

UNS Menanggapi banyaknya berita bohong (hoax) di masyarakat akhir-akhir ini, Lembaga Pers Mahasiswa VISI Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan Pelatihan Jurnalistik yang bertema Pelatihan Jurnalistik: Membentuk Generasi Jurnalis Anti Hoax di Gedung 2, ruang 2 FISIP UNS, Sabtu (17/11/2018).

Sri Hastjarjo selaku pembina, dalam pembukaan pelatihan menjelaskan pentingnya pelatihan ini bagi mahasiswa. Baginya, memahami perkembangan dunia jurnalistik di era modern diperlukan agar mahasiswa bisa merelevansikan ilmunya dengan perkembangan teknologi dan menghindari adanya hoax. Oleh karenanya, materi pelatihan disampaikan langsung oleh praktisi di bidang fotografi jurnalistik dan kepenulisan berita.

Penyebaran hoax tidak hanya disebarkan melalui berita tulis. Namun, media fotografi juga bisa menjadi sasaran empuk bagi penyebar berita bohong.

Hoax juga bisa tercipta dari foto, karena banyak para penulis berita yang menggunakan foto tanpa kaidah foto jurnalistik yang benar, dan dipakai untuk keperluan pribadi,” tutur Maulana Surya Tri Utama, pemateri petama yang juga jurnalis foto Antara.

Pemateri kedua, Crisna Chanis Cara yang merupakan wartawan tulis Solopos mengatakan bahwa kebiasaan masyarakat mengkonsumsi berita hoax sangatlah memprihatinkan. Ditambah lagi dengan banyaknya jurnalis yang masih membuat berita tidak valid. Oleh karena itu, baginya, edukasi kepenulisan sangatlah penting untuk jurnalis-jurnalis muda.

Ia menambahkan, literasi di dunia digital juga sangat penting. Bersikap skeptis, menyelidiki sumber berita, memeriksa tanggal unggah, foto dan konten berita juga sangat penting untuk melihat keaslian berita.

“Dalam mencari sumber berita kita harus menulis bukan hanya dari satu sudut pandang narasumber, namun juga dari narasumber yang berbeda. Begitu juga dengan sumber-sumber literasi lainnya. Sehingga berita kita menjadi lebih informatif dan valid,” tutup Crisna.

Selain materi mengenai pencegahan hoax, keduanya juga memberikan pelatihan-pelatihan dasar foto jurnalistik dan pelatihan menulis berita singkat kepada para peserta. Para peserta mengikuti pelatihan dengan antusiasme yang cukup besar. Seperti halnya Astuti (18), mahasiswa Periklanan FISIP UNS yang mulai tertarik untuk secara konsisten menulis dan mencoba  mempublikasikannya di media. Ia juga berharap kegiatan pelatihan ini bisa rutin diadakan, agar mahasiswa bisa belajar menulis berita dengan kaidah yang baik dan benar sehingga bisa lebih teredukasi mengenai berita hoax.  humas-red.uns/Ysp/Isn

Skip to content