UNS — Sejalan dengan target Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta untuk masuk jajaran 500 Perguruan Tinggi terbaik dunia, UPT Perpustakaan UNS pun turut berbenah dan terus mengembangkan beragam layanan agar mampu memberi kontribusi terbaiknya bagi dunia literasi juga memenuhi kriteria kelas dunia.
Dr. Deddy Whinata Kardiyanto selaku Kepala UPT Humas dan Media UNS mengatakan, berdasarkan International Library for World Class University, ada beberapa aspek yang dinilai sebagai kriteria perpustakaan berkelas dunia. Yaitu koleksi, layanan, fasilitas, kriteria pustakawan, dana per tahun, serta kerja sama internasional.
Perpustakaan dapat dikatakan kelas dunia apabila koleksi bahan pustakanya melebihi 1 juta buku, online database yang dilanggan atau dapat diakses mencapai lebih dari 300, memiliki akses terhadap e-book lebih dari 10.000 judul, pengadaan buku per tahun minimum 100.000 eksemplar, dan menyimpan lebih dari 90% karya sivitas akademika.
“Untuk layanan, jam buka per minggu lebih dari 80 jam, waktu pelayanan Senin sampai Minggu, penelusuran literatur yang dilakukan oleh lebih dari 4 orang pakar subjek (S3) dan 4 orang resource person (S2). Lalu mengadakan informatioan litracy/skill/training,” jelas Dr. Deddy dalam Workhsop Kehumasan Perpustakaan yang digelar UPT Perpustakaan UNS, Kamis (22/4/2021).
Aspek-aspek di atas kemudian dibahas lebih lanjut oleh Dr. Deddy dalam berbagai strategi kehumasan perpustakaan untuk World Class University. Pertama, strategi komunikasi dan pembentukan opini publik.
Terkait dengan strategi tersebut, humas perpustakaan harus mengenal audiens dengan cara mengetahui permasalahan yang terjadi di sekitar, mengetahui media apa yang digunakan oleh audiens, dan bahasa seperti apa yang tepat untuk menyampaikan pesan kepada audiens.
Dr. Deddy menambahkan, pesan harus disusun dengan bahasa menarik, diksi yang disesuaikan, dan berisi nasihat atau solusi terhadap suatu kebutuhan
“Perlu juga menetapkan metode dan memilih media. Apakah menggunakan konten tulisan, desain grafis, suara atau video,” tambahnya.
Kedua, strategi operasional dan tanggung jawab sosial. Operasional dan tanggung jawab sosial sebuah lembaga merupakan bentuk kepedulian lembaga terhadap lingkungan eksternal melalui kegiatan yang dilakukan. Tujuannya untuk menjaga lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta memenuhi berbagai tanggung jawab sosial lainnya.
Dr. Deddy mencontohkan, misalkan dengan memaksimalkan pelayanan publik berbasis teknologi sesuai karakter publik, mengadakan pelatihan khusus untuk mengasah keterampilan karyawan dan publik di sekitar UNS, mengadakan agenda atau fasilitas perpusatakaan keliling secara berkala, serta memberikan fasilitas sarana dan prasarana bagi mahasiswa internasional.
Strategi ketiga ialah strategi kerja sama dan bisnis. Untuk menjalin kerja sama, perpustakaan perlu menentukan kerja sama serta memahami karakteristik calon mitra, melakukan pendekatan dengan calon mitra, menjaga hubungan baik melalui kunjungan secara langsung, mengundang untuk menghadiri berbagai acara, dan menjalin komunikasi yang pro-aktif.
Tidak ketinggalan, dengan banyaknya pemeringkatan yang berhubungan dengan kehumasan, strategi keempat ialah bagaimana mendukung pemeringkatan tersebut. Terkait hal ini, sangat penting untuk menyesuaikan dan memahami kriteria penilaian dari lembaga yang melakukan pemeringkatan.
“Memaksimalkan peran humas sebagai saluran informasi utama bagi publik, menghadirkan konten-konten kreatif, edukatif, dan inovatif yang bersumber dari sivitas akademika UNS, menjalin kerja sama yang baik dengan pihak eksternal UNS baik di level nasional dan internasional,” tutur Dr. Deddy.
Memaksimalkan peran humas sebagai saluran informasi publik, tentu ada peran media sosial di dalamnya. Media sosial dapat digunakan untuk mempromosikan koleksi perpustakaan berikut kegiatan dan layanan perpustakaan UNS. Humas UNS
Reporter: Kaffa Hidayati
Editor: Dwi Hastuti
