Pentingnya Pendidikan Kelautan bagi Masyarakat

UNS– Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyelenggarakan webinar pada Minggu (5/7/2020). Webinar yang mengusung tema tema Let’s explore Our Seas and Oceans: Introducing Marine Education At School tersebut menghadirkan 3 orang narasumber. Mereka yakni Hung-Shan Lee, Ph.D. dari Heng-Shan Elementary School of New Taipei City, Rachma Indriyani, L.LM. dari Fakultas Hukum UNS, dan Murni Ramli, Ed.D. dari Prodi Pendidikan Biologi UNS.

Webinar ini diikuti oleh sekitar 330 peserta dari berbagai provinsi di Indonesia, turut hadir pula Kepala Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNS, Dr. Muzzazinah. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan pentingnya literasi serta pendidikan kelautan kepada akademisi dan juga masyarakat.

Hung-Shan Lee dalam materinya, Best Practices Marine Education in the Classroom menjelaskan mengenai pembelajaran mengenai kelautan di kelasnya. Berbagai kegiatan telah Ia terapkan di kelas untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Kegiatan tersebut berupa eksperimen, observasi, membaca, mengajak siswa ke pasar, pantai, dan museum, serta mendatangkan pakar bidang kelautan. Ia juga menjelaskan mengenai riset yang dilakukan dalam mengajarkan mengenai satwa laut khususnya hiu di kelasnya.

“Saya berusaha mengubah miskonsepsi siswa tentang hiu. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengecek miskonsepsi siswa, kemudian menyusun desain riset, dan membaca literatur. Saya juga mengundang ahli untuk menjelaskan mengenai ekologi, biologi, dan fisheries conservation,” jelasnya.

Dalam riset yang dilakukan, Lee menggunakan spesimen hiu, mainan hiu, dan kerangka tubuh hiu. Riset ini diterapkan kepada siswa saat menginjak kelas 4, kemudian Ia ulang kembali saat sudah duduk di kelas 6.

“Hasil riset saya menunjukkan bahwa mengecek prior knowledge siswa sebelum pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting dalam memulai active learning. Selain itu, menyediakan hands on activities dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplore materi melalui bacaan dan pencarian di internet juga salah satu tindakan yang tepat,” paparnya.

Pada materi kedua yang disampaikan oleh Rachma Indriyani, L.LM. mengulas seputar batas zona laut dan hukum kelautan.
“Batas-batas wilayah laut sangat penting bagi sebuah negara karena menyangkut habitat yang ada di dalamnya. Tidak hanya menjadi habitat bagi berbagai spesies ikan, laut nusantara juga menjadi tumpuan hidup masyarakat. Selain itu, batas laut juga sebagai pembatas aktivitas kelautan yang dapat berlangsung, keamanan, dan kedamaian antarnegara. Indonesia sudah menerapkan batas wilayah seperti Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang ditarik sejauh 200 mil dari garis pantai,” jelasnya.

Dalam materi terakhir yang diulas oleh Murni Ramli Ed.D. menjelaskan kurikulum marine education di Taiwan dan Indonesia. Ia menyampaikan hasil riset analisis kurikulum yang dilakukannya saat mengikuti Taiwan Fellowship 2018 di National Taiwan Normal University.

Marine education di Indonesia belum secara eksplisit muncul pada kurikulum 2013. Namun, ada beberapa topik yang memungkinkan guru untuk mengembangkannya sebagai pembelajaran kelautan, misalnya pada topik-topik terkait life sciences atau biologi,” paparnya.

Pada tingkat perguruan tinggi, pendidikan kelautan diterapkan dengan penyelenggaraan Prodi Kelautan, dan Prodi pendidikan kelautan di beberapa perguruan tinggi. Kemudian, pada jenjang sekolah, Kementerian Perikanan dan Kelautan telah menginisiasi Sekolah Pantai Indonesia pada tahun 2019. Murni juga menambahkan bahwa marine education di Taiwan telah didefinisikan dengan jelas dan telah didesain dalam kurikulum sains.

“Marine education bukan nama mata pelajaran, tetapi sebagai salah satu dari empat learning issue, yang harus dimasukkan dalam pembelajaran sains. Ketiga learning issue lainnya adalah gender equality education, human right education, dan environmental education. Kemudian ada 5 topik dalam marine education di Taiwan, yaitu marine leisure, marine culture, marine society, marine science and technology, dan marine resource and sustainability,” pungkasnya. Humas UNS

Skip to content