Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Foresma UNS Gelar Webinar Bahas Greenwashing

Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Foresma UNS Gelar Webinar Bahas Greenwashing

UNS — Dalam rangka memperingati hari lingkungan hidup sedunia, Himpunan Mahasiswa Program Studi (Prodi) S-1 Pengelolaan Hutan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Forestry Students of Sebelas Maret (Foresma) mengadakan webinar dengan tema Kupas Tuntas Greenwashing: Peran Gen Z dalam Eksistensi Praktik Greenwashing Global. Acara ini diselenggarakan secara daring pada Minggu (5/6/2022).

Acara webinar dibuka secara resmi oleh Pembina Foresma, Ana Agustina, S.Hut., M.Si. Ana menyampaikan bahwa kegiatan webinar akan membahas mengenai fenomena greenwashing yang tengah menjadi perbincangan hangat saat ini.

“Pada webinar ini kita akan mengupas tuntas tentang eksistensi greenwashing, serta bagaimana peran kita untuk menyikapinya,” ujar Ana dalam sambutannya.

Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan Ketua Foresma, Raihan Muslim Ramadhan. Raihan pun berharap peserta webinar bisa menyerap banyak ilmu dari narasumber terkhusus mengenai isu greenwashing.

Narasumber pertama, Dosen Teknik Kimia Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang, Mayang Manguri Rahayu, S.T., M.T memaparkan bahwa greenwashing merupakan proses memberikan informasi palsu tentang suatu produk dari sebuah perusahaan dengan klaim ramah lingkungan. 

Greenwashing dianggap sebagai klaim yang tidak berdasar untuk menipu konsumen agar percaya bahwa produk perusahaan tersebut ramah lingkungan, padahal tidak demikian adanya. Fenomena greenwashing ini mencuat lantaran isu lingkungan yang semakin digaungkan, termasuk ke dalam isu yang menjadi trend popular, terdapat kepentingan bisnis dan politik, adanya arus informasi yang cepat, serta perilaku konsumerisme,” ujar Mayang.

Mayang menambahkan bahwa dampak dari greenwashing ini menyebabkan munculnya ketidakseimbangan sosial dalam menghadapi isu hijau atau lingkungan. Menurutnya, cara untuk mengatasi greenwashing dengan kembali ke akar nenek moyang.

Sementara itu, narasumber kedua Anggota Teens Go Green Indonesia, Bening Kalimasada Aura, memaparkan tentang Unveiling Greenwashing. Bening mengatakan bahwa greenwashing merupakan suatu hal yang menyesatkan konsumen terkait praktik isu lingkungan.

Adapun menurut Bening cara untuk mengetahui perusahaan melakukan praktik greenwashing, pertama produk yang ditawarkan perusahaan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, seperti merilis produk dengan klaim yang sangat ramah lingkungan, tidak menimbulkan limbah, dan sebagainya. Kedua sulit untuk memeriksa klaim produk dari perusahaan. Ketiga bersifat reaktif bukan proaktif, seperti tidak ada niatan yang berkelanjutan untuk membuat lingkungan menjadi lebih baik dari produk yang ditawarkan.

“Banyak perusahaan melakukan praktik greenwashing karena praktik ini lebih menguntungkan para investor. Selain itu, praktik greenwashing dilakukan karena dinamika bisnis di dalamnya. Lebih lanjut, kepedulian masyarakat terhadap isu lingkungan sehingga embel-embel yang berbau “ramah lingkungan” lebih diminati dan menjual, maka tak heran banyak perusahaan menerapkan praktik greenwashing. Juga belum adanya regulasi yang dibuat pemerintah dalam mengatur praktik greenwashing, sehingga praktik ini menjadi tak terkontrol. Serta perlu biaya yang lebih besar jika ingin memasarkan produk yang “benar” berlabel ramah lingkungan, sehingga praktik greenwashing merupakan cara mudah dan murah dari segi marketing. Terakhir karena praktik greenwashing digunakan sebagai strategi bisnis dengan dalih isu lingkungan,” terang Bening.

Maka, ketika melihat suatu iklan produk yang menambahkan label “eco”, “eco friendly”, dan sebagainya, kita harus bersikap skeptik. Mencermati dengan saksama eco labels, melakukan riset, serta kita bisa melakukan advokasi ke pemerintah terkait terhadap produk tersebut.

Doing something good for the environment is okay, but lying is never okay,” tutup Bening. Humas UNS

Reporter: Lina Khoirun Nisa
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content