Silaturahmi UNS 2018 Ajak Civitas Sikapi Era Disrupsi Inovasi

Silaturahmi UNS 2018 Ajak Civitas Sikapi Era Disrupsi Inovasi
Menyikapi adanya era diskursi pada perguruan tinggi, Senot berpendapat bahwa hal ini adalah sebuah peluang, bukan ancaman.

UNS – Sebagai awal kinerja di tahun 2018, Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar acara silaturahmi antar civitas UNS dengan mengambil tema “Menyikapi Era Disrupsi Inovasi”, yang bertempat di Auditorium UNS, Selasa (2/1/2018) dengan menghadirkan Senot Sangadji, dosen Fakultas Teknik (FT) UNS, sebagai pengisi materi ilmiah.

Dalam menyampaikan orasi ilmiahnya, Senot Sangadji membahas tiga hal mengenai disrupsi dan inovasi, yakni definisi disrupsi inovasi, bagaimana disrupsi inovasi di pendidikan tinggi, dan apakah disrupsi inovasi menjadi peluang atau ancaman. Senot mengambarkan bahwa disrupsi merupakan keadaan di mana sesuatu sedang berjalan baik, namun kemudian dipotong. Contoh disrupsi di dalam lingkup perguruan tinggi, adalah semakin berkembangnya online courses, contohnya Coursera yang saat ini memiliki pengikut sekitar 35,6% dari semua pengguna online courses, yang bersaing dengan perguruan tinggi umum. Senot juga menambahkan bahwa menurut hasil survei dari Coursera Users, saat ini masyarakat cenderung lebih tertarik untuk mengikuti kuliah course, yang biasanya memiliki modul yang spesifik sesuai ilmu yang diinginkan, daripada mengikuti perkuliahan di kampus.

“Saya menyikapi era ini sebagai peluang. Konsep course dapat digunakan untuk inovasi di perguruan tinggi. Sebagai contoh, yakni adanya kelas virtual melalui website, yang mana akan berfungsi sebagai pendukung dari kegiatan perkuliahan di kelas. Mahasiswa dan dosen sama-sama dapat mengambil manfaatnya”, tutur Senot. Mengakhiri orasinya, Senot berpesan, “Disrupsi teknologi akan terus terjadi, maka diharapkan terciptanya inovasi”.

Menyikapi era disrupsi inovasi, Ravik Karsidi, rektor UNS, dalam sambutannya beranggapan bahwa apabila era ini tidak diperhatikan, maka bisa saja mengakibatkan dampak buruk.

“Jadikan era ini, sebagai tantangan untuk dihadapi, jangan melawan arus,” tuturnya. Ravik juga menambahkan, “Di era seperti ini, kita harus mengubah cara berpikir kita untuk menjadi lebih baik. Kita tidak boleh tertinggal dan ditindas oleh perubahan arus besar tersebut. Disrupsi tidak hanya terjadi di dalam aspek teknologi melainkan di seluruh aspek kehidupan”. Sambutan Rektor UNS tersebut ditutup dengan slogan “Berinovasi atau Mati”. “Kalau kita tidak berinovasi, maka UNS akan mati”, pesan Ravik Karsidi di akhir sambutan. humas-red.uns.ac.id/Tni/Isn

Skip to content