Drs. Djoko Hendratto, S. E., MBA , Perjalanan Karier Seorang Senior PNS Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Drs. Djoko Hendratto, S. E., MBA,

Drs. Djoko Hendratto, S. E., MBA, merupakan anak ke enam dari sepuluh bersaudara. Lahir dan besar di tengah keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan kerja keras membuat Djoko kecil menjadi sosok yang jujur dan berkemauan keras. “Bekerja agar bisa melanjutkan sekolah”, merupakan sebuah kalimat yang selalu terpatri dalam kepala. “Saya mempunyai janji kepada ibu saya, bahwa saya akan menjadi doktor. Jadi saya berniat untuk terus menuntut ilmu,” tuturnya mengingat masa lalu.

Drs. Djoko Hendratto, S. E., MBA,
Drs. Djoko Hendratto, S. E., MBA,

Djoko membuka lembaran memori selama kuliah di UNS Jurusan Studi Pembangunan (sekarang Ekonomi Pembangunan) angkatan 1981. Saat itu ia menjabat sebagai ketua angkatan (korti.red) tahun itu. Ia juga aktif di organisasi kemahasiswaan, seperti MENWA (Resimen Mahasiswa), PMI, dan pencinta alam, tetapi ia tidak tertarik dengan organisasi politik.
“Saat kuliah saya nggak punya buku, tetapi saya selalu duduk paling depan saat kuliah. Kalau waktu ujian saya tidur di tempat teman yang punya buku. Terus saat di kelas, teman-teman mengelilingi saya buat tanya jawaban. Tapi, saya nggak pernah nyontek, kalau saya nggak tahu, ya sudah nggak tahu,” tuturnya diselingi gelak tawa.
Setelah lulus kuliah, ia menjadi seorang konsultan di FAO UNDP, yang menangani proyek seputar pertanian. Setelah itu, ia bekerja sebagai staff bagian Pengembalian Pajak Import, Bapeksta(BadanPelayanan Kemudahan Ekspor dan Pengolahan Data Keuangan), Kementrian Keuangan. Ia melanjutkan sekolah ke Amerika Serikat setelah berhasil membuat sebuah program yang dapat menghemat waktu yang biasanya diselesaikan selama 60 hari menjadi 14 hari.
Sekembalinya dari Amerika Serikat, ia pindah tugas menjadi Kepala Sub Bagian Penyusunan Sistem Informasi, Sekretaris Badan, Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan). Sejak saat itu, ia sering menerima promosi untuk naik jabatan. Hingga akhirnya pada tahun 2012 ia menjabat sebagai Kepala Biro Riset danTeknologi Informasi, Bapepam LK.
Saat menjabat sebagai Kepala Biro Riset dan Teknologi Informasi, Bapepam LK, ia ingin mewujudkan cita-cita agar industri keuangan di Indonesia beralih secara penuh dari saving community based ke arah investment community based. Sehingga seluruh perencanaan keuangan baik di tingkat individual, keluarga, dan organisasi didasarkan pada bagaimana mengembangkan nilai asser melalui investasi. Akibatnya akan berdampak pada biaya ekonomi yang murah dan tercapainya efisiensi di semua sektor dalam perekonomian nasional.
Selama kurang lebih 18 tahun ia berkecimpung di bidang pasar modal dan lembaga keuangan. Ada sebuah peristiwa yang sangat berkesan bagi ia, yaitu krisis keuangan tahun 2005. “Pengalaman yang paling berkesan buat saya itu, saat menjabat sebagai Kepala Biro Pengelolaan Investasi, Bapepam LK. Saat itu terjadi krisis keuangan 2008 yang bermula dari krisis keuangan tahun 2005. Saat tahun 2005, pasar modal mengalami collapse, anjlok. Saat itu saya masuk dan ditugaskan untuk melakukan pembenahan. Pada pembenahan awal, kami dipanggil ke DPR karena ada persoalan penipuan tentang pasar modal. Nah, disitu kami dihujat habis-habisan oleh para investor, padahal aku gak tahu apa-apa. Lalu, saya ditugaskan untuk membenarkan, membenahi, membersihkan, istilahnya itu manager investasi. Industri-industri saya benahi, dan kalau ada yang tidak benar, yang nggak mengelola saya copot izinnya. Waktu itu saya mencabut izin pengelola investasi sekitar 31, dari total 114. Saat itu jarang sekali bahkan nggak pernah ada yang mencabut izin pengelola investasi,” terangkan. Sisi positif dari tindakan Djoko pada waktu itu, industri-industri mengalami perkembangan ke arah yang baik. Di sisi lain Djoko banyak dituntut di pengadilan. Ia dirumorkan yang macam-macam karena mencabut izin. Dari hari ke hari industri-industri mengalami kenaikan terus menerus. “Karena peristiwa itu, saya bisa mengenal perilaku, menampatkan posisi sebagai regulator dan supervisor, menangkis isu yang menyudutkan, berinteraksi dengan wartawan, pengadilan, kepolisian, investor yang dirugikan masyarakat, mengarahkan investor agar tetap percaya. Dan hal itu adalah hal yang sangat menarik, meskipun saya jadi nggak tidur, hahahaha, ” tambahnya sembari tertawa.
Selama kurang lebih 18 tahun bekerja di bidang pasar modal dan lembaga keuangan menjadikan ia menjadi sosok yang tegas, menjunjung tinggi keadilan dan kejujuran. Sehingga ia sekarang diamanahi sebagai Direktur Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Kementrian Keuangan.
Selama perjalanan karier, ia mempunyai begitu banyak pengalaman-pengalaman yang berharga. “Saya pesan kepada seluruh mahasiswa dan alumni UNS agar jangan pernah merasa undertop, harus merasa confident, jangan pernah berkecil hati karena merasa mempunyai kualitas yang kurang. Yang dinilai itu bukan darimana kita berasal, tetapi kemampuan dan keyakinan kita untuk bersaing dengan yang lain. Buktikan kepada mereka bahwa kita juga berkompeten. Berkembangnya seseorang ditentukan oleh pengayaan diri sendiri,” pesan Djoko.
“Saya lihat, dari hari ke hari UNS sebagai institusi pendidikan, mengalami perkembangan yang baik. Karena saya mengawasi BLU-BLU universitas, termasuk UNS, jadi saya tahu perkembangannya,” terangnya mengakhiri obrolan. [*]

Skip to content