UNS Optimis 2014 Prototipe Mobil Listrik Nasional Selesai

SOLO – Ketertarikan pemerintah pusat untuk mengembangkan mobil listrik semakin nyata. Bahkan pemerintah menargetkan prototype mobil listrik nasional selesai pada 2014 dan selanjutnya dapat dilakukan produksi masal pada 2018. Untuk mewujudkan hal itu pemerintah membentuk tim khusus yang melibatkan lima perguruan tinggi termasuk Universitas Sebelas Maret (UNS).

Hal tersebut disampaikan Rektor UNS Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS. dalam konferensi persnya di Ruang Sidang Rektor Gedung Rektorat UNS pada Senin (28/5/2012) siang. “Jumat tanggal 25 Mei 2012 kemarin, UNS bersama empat rektor lain diundang ke istana negara kaitannya dengan keikutsertaan UNS dalam mobil listrik nasional. Dari Pak SBY minta bahwa pada 2018 mendatang mobnas ini dapat diproduksi secara massal,” ujarnya kemarin.

Dia juga menjelaskan bahwa secara umum keterangan tentang mobil listrik nasional telah disampaikan kepada kemeterian terkait, seperti: Kemenristek, Kemendikbud, hingga Kementerian Perdagangan. “Saat ini perguruan tinggi sedang melakukan riset prototype mobil, kurangnya apa, dan sebagainya untuk disempurnakan karena nantinya akan diproduksi secara masal. Selain riset, juga perlu adanya regulasi tentang penggunaan, misal bagaimana SIM-nya, dan lainnya,” jelas Ravik.

Di samping itu, saat ini mobil listrik yang sedang dikembangkan baru bisa menempuh jarak 40 km. Padahal mobil yang diminta memiliki kemampuan jarak tempuh minimal 120 km untuk sekali charge. Hal itu diperlukan untuk membangun sarana dan prasarana atau sejenis rest area di sepanjang jalan untuk charge baterai. “Oleh presiden kami nanti diminta untuk melaporkan kembali pada tanggal 20 Agustus 2012 dan melihat perkembangannya seperti apa. Dari UNSada empat orang yang bergabung dengan teman-teman lainnya di Jakarta dan Prof. Nizam ditunjuk sebagai Ketua Tim Lokal di UNS,” kata dia.

Project Leaderdari UNS Prof. Muhammad Nizam, MT., Ph.D. mengatakan bahwa latar belakang keberadaan mobil listrik ini didasarkan pada tiga hal. Pertama, kebutuhan akan sistem transportasi ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kedua, Kemandirian industri otomotif dan terakhir, ketahanan nasional. “Dari alternatif tersebut diwujudkan dengan hybrid dan sistem elekstrik,” ungkapnya.

Nizam memaparkan bahwa sistem hybrid sendiri merupakan campuran antara elektrik dan bahan bakar. Berbeda dengan sistem listrik yang secara keseluruhan menggunakan listrik sebagai sumber energi utamanya. Dia memandang, peluang industri mobil listrik dalam negeri masih terbuka dan cukup besar. Karena memang belum ada industri otomotif yang mendominasi baik pasar global maupun nasional.

Selain itu, bila tidak dimulai sejak sekarang maka Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi industri otomotif global. “Ada dua platform dalam pengembangan mobil listrik, pertama untuk mobil jenis city car seperti yang ada di UNS dan kedua untuk mass transportation atau transportasi massal,” papar dia.

Dijelaskan bahwa empat perguruan tinggi lain yang digandeng adalah Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Tak hanya itu, pihak Kemenristek juga akan menggandeng Litbang seperti LIPI untuk mengembangkan transportasi terutama mobil listrik.[]

Skip to content