FSRD UNS Gelar The International Visual Culture Exhibition 2020

UNS — Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan webinar internasional. Kegiatan dengan tema Virtualization Movement tersebut sekaligus sebagai acara pembukaan The International Visual Culture Exhibition 2020. Webinar tersebut berlangsung pada Rabu (28/10/2020) melalui aplikasi Zoom Meeting dan siaran langsung kanal Youtube.

FSRD UNS menghadirkan 4 pembicara yaitu Prof. Michael Brynntrup dari HBK Braunschweig, Jerman, Prof. M. Dwi Mariato dari ISI Yogyakarta, Dr. Mohammad Khizal Mohamed Saad dari Universiti Sains Malaysia, Malaysia, dan Rata Aksornthong dari Phoh Chang Academy of Art, Thailand. Turut hadir pula Rektor UNS, Prof. Jamal Wiwoho yang sekaligus membuka kegiatan ini.

“Saya sangat mengapresiasi FSRD karena telah mengadakan virtual exhibition yang diikuti oleh 20 negara meskipun saat ini kita sedang ada di tengah pandemi. Covid-19 tidak menjadi hambatan bagi kita semua khususnya pelaku seni untuk terus berkarya,” ungkap Prof. Jamal.

Pada materi pertama, Prof. M. Dwi Mariato dari ISI Yogyakarta menyampaikan tentang benih tanaman yang memiliki potensi virtual serta menceritakan memori dari suatu tanaman tersebut.
“Benih merupakan objek material yang dapat bermetamorfosis sebagai harapan, kebaikan, ide, perubahan, pertumbuhan, dan banyak lainnya. Dalam konteks virtual exhibition, benih adalah seluruh karya peserta yang berpartisipasi dalam pameran ini,” terangnya.

Ia menjelaskan bahwa sebuah pameran dapat mendatangkan pembeli, kolektor, investor, hingga turis yang semuanya dapat membawa dampak bagi pelaku seni. Selain itu, Ia menegaskan bahwa sebanyak 140 seniman dari 20 negara berkolaborasi dalam pameran ini.

“Perilaku dan pola masyarakat harus diubah dan harus bisa menyesuaikan atau beradaptasi dengan suatu kondisi tertentu. Terlebih saat pandemi, kita semua berproses untuk beradaptasi dengan situasi seperti ini. Salah satunya dengan mengeksplor kemampuan, mengubah kebiasaan yang buruk menjadi lebih baik. Masing-masing budaya memiliki jalan tersendiri untuk bertahan menghadapi pandemi,” ungkapnya.

Sebelum menutup materi, Ia juga menampilkan beberapa karya yang dipamerkan dalam pameran ini, salah satunya milik Dona Prawita. Kemudian, materi kedua disampaikan oleh Prof. Michael Brynntrup dari HBK Braunschweig, Jerman.

“Saat ini, kami menunda segala pembelajaran karena pandemi. Awalnya para mahasiswa dapat belajar secara langsung di studio kemudian mempresentasikan hasil karya mereka. Namun, di satu sisi kita semua menjadi belajar tentang teknologi supaya segala kegiatan pembelajaran dapat berjalan seperti biasa meskipun secara daring,” ungkap Prof. Michael.

Hal tersebut dituturkan kembali oleh pembicara berikutnya yaitu , Dr. Mohammad Khizal Mohamed Saad dari Universiti Sains Malaysia, Malaysia.
“Malaysia dan beberapa negara bagian di sini juga harus mulai berpindah dalam melakukan kegiatan menjadi online. Gedung teater tutup, pameran seni dan festival ditunda, proses produksi dan training juga diundur hingga waktu yang tidak ditentukan. Oleh karena itu, melihat kondisi selama beberapa bulan ini, kita harus membiasakan semuanya dilakukan secara online termasuk pada bidang seni,” terangnya.

Sebagai pembicara terakhir, Rata Aksornthong dari Phoh Chang Academy of Art, Thailand menceritakan tentang karya yang Ia hasilkan.
“Terdapat berbagai perbedaan antara satu orang dengan orang lain di dunia ini. Saya menggunakan simbol perbedaan agama dan mentransformasikan wajah manusia ke dalam sebuah seni. Kita semua pasti memiliki perbedaan, entah itu negara, bahasa, warna kulit, dan sebagainya. Namun, kita sama-sama berasal dari satu planet yaitu bumi,” tuturnya. Humas UNS

Reporter: Bayu Aji Prasetya
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content