Jawab Tantangan di Era Digitalisasi, Perpustakan UNS Gelar Seminar Internasional

UNS – Era serba digital saat ini menantang semua kalangan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan ilmu yang semakin cepat. Berangkat dari hal tersebut, Perpustakaan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar seminar internasional bertajuk Digital Literacy and Library-based Creative Knowledge in the Digital Era, Kamis (3/5/2018). Seminar internasional ini bertujuan untuk membuka pandangan pustakawan Indonesia untuk mampu menghadapi era digital secara kreatif sehingga akan tercipta sistem perpustakaan yang berbasis pada ilmu kreatif.

Seminar internasional ini dihadiri oleh Ravik Karsidi (Rektor UNS), Muhammad Rohmadi (Kepala UPT Perpustakaan UNS), Labibah Zain (Kepala Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus President-Elect of Special Library Association Asia), Herman Saputro (Dosen FKIP UNS) yang mewakili Fukuda Takamasa dari Yamaguchi University Jepang, Burwan Tilusubya dari Tanzania-Afrika (mahasiswa Pascasarjana UNS), Takanobu Shina dari Jepang (mahasiswa exchange UNS dari Kokushikan University Jepang), dan peserta dari dalam dan luar UNS. Dalam sambutannya, Ravik menjelaskan bahwa perubahan inovasi di era digitalisasi tidak dapat diduga sehingga para pustakawan harus bisa untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut.

“Perlu ada re-orientasi ke depan, khususnya bagi para pustakawan dalam menghadapi pesatnya perkembangan era digital. Kompetensi pustakawan itu sangat penting sehingga digitalisasi harus dipahami. Perubahan inovasi tidak dapat diduga sehingga pustakawan harus bisa beradaptasi dengan perubahan. Siapa yang tidak dapat beradaptasi maka ia akan tergilas,” jelas Ravik.

Labibah Zain menjelaskan bahwa pada dasarnya ada lima peran perpustakaan yakni ikut dalam aktivitas social, menjadi tempat untuk belajar dan bekerja, menjembatani mahasiswa dan staf di fakultas, menjadi pusat teknologi, dan dapat melestarikan warisan budaya. Labibah menambahkan bahwa agar kelima peran tersebut dapat bertahan seiring perubahan zaman, maka perpustakaan harus dapat berinovasi. Herman Saputro yang mewakili Fukuda Takamasa menyarankan pustakawan untuk menjawab tantangan inovasi agar perpustakaan menjadi tempat menarik.

“Ada enam hal yang dapat menambah minat orang untuk mengunjungi perpustakaan, yaitu memodifikasi desain ruang menjadi lebih nyaman, menyediakan ruang untuk literasi digital, menyediakan ruang diskusi, mengatur rak buku secara baik, menyediakan kafe di perpustakaan, serta meningkatkan kerjasama dalam lingkup internasional,” ungkap Herman.

Muhammad Rohmadi menambahkan bahwa pergeseran peran pustakawan pada penerapan konsep perpustakaan digital menuntut pustakawan untuk memiliki kemampuan manajerial sumber data digital. Seorang pustakawan harus dapat mengantarkan masyarakat agar pandai dalam berliterasi digital serta terhindar dari hoax.  

“Ke depannya, eksistensi pustakawan akan dinilai dari kemampuannya untuk menghubungkan pemustaka dengan sumber informasi digital. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama berkreasi, berinovasi, dan terus melayani kebutuhan pemustaka di era digital ini,” pesan Rohmadi. humas-red.uns.ac.id/Tni/Dty

Skip to content