Semarakan Dies Natalis UNS, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Selenggarakan Seminar Nasional Pendidikan Karakter

UNS – Dalam rangka menyambut Dies Natalies Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ke-44 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS mengadakan seminar nasional pada Sabtu (15/02/2020) di Aula Gedung 3 FEB UNS. Seminar nasional kali ini mengangkat isu pendidikan karakter terutama berkaitan dengan karakter milenial di Indonesia.

Pada kesempatan kali ini hadir sebagai pembicara yaitu Prof. Dr. Ir. Bondan Tiara Sofyan, M.Si (Direktur Jendral Potensi Pertahanan Kementrian Pertahanan), M. Farid Sunarto, S.Pd, M.Si. (Ketua Solo Bersimfoni), Dr. Izza Mafruah, S.E, M.Si (Wakil dekan bidang akademik) Serta moderator yang memandu jalannya diskusi Wahyu Hidayat, S.Sos., M. Sos.
Acara ini dibuka oleh sambutan dari Dekan FEB, Prof. Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com.(Hons)., Ph.D., Ak. Dalam sambutannya Prof. Djoko menyampaikan secara singkat kepada para peserta seminar mengenai pentingnya pendidikan karakter pada anak muda. Beliau berpesen sebelum acara dimulai “Semoga kegiatan ini memiliki manfaat dan barokah untuk kita semua terutama dalam kehidupan bernegara.”
Selanjutnya materi pertama disampaikan oleh Prof. Bondan bertajuk “Ayo Bangun Karakter Bela Negara.” Materi dibuka dengan memberikan gambaran potensi Negara Indonesia dan sejarah secara singkat perjuangan Indonesia dalam memperebutkan kemerdekaan. Kondisi setelah kemerdekaan Indonesia tidak luput untuk beliau jelaskan. Bahwa keadaannya ancaman kedaulatan negara ini terus bergulir seperti lepasnya beberapa wilayah Republik Indonesia dan ancaman terorisme.
“Perjuangan negara ini terus berlanjut, setelah merdeka Indonesia terus diserang dari berbagai sisi. Banyak yang ingin memecah belah negara ini,” tutur Prof. Bondan kepada audiens. Ancaman tidak selalu dalam bentuk militer tetapi dalam berbagai bentuk nyata lainnya. Salah satu ancaman paling tinggi adalah terorisme dan radikalisme. Banyak negara lain yang akhirnya terpecah belah akibat dari pengangkatan isu-isu kedaerahan dan keagamaan.
Proxy War merupakan perang yang menggunakan pihak ketiga menjadi salah satu trend yang digunakan untuk memecah belah, salah satunya dengan mempermainkan ideologi. Pancasila dan isu agama menjadi sasaran manis bagi para pelaku untuk melancarkan aksinya. Padahal jika lebih cermat dalam menelaah Pancasila, ideology ini sangat baik untuk diterapkan di negara Indonesia. Sejak awal Indonesia ini berdiri para pendiri bangsa telah menyadari bahwa negara ini terbentuk dari berbagai bangsa, bukan satu bangsa saja. Sehingga mereka mengupayakan untuk membuat komposisi ideology yang adil bagi seluruh rakyat. Terbukti dengan diperbaikinya sila pertama dari kelima sila yang kini sepakat disebut pancasila.
Selain menyadarkan tentang ancaman yang ada, Prof. Bondan juga melakukan sosialisi tentang kondisi pertahanan Indonesia saat ini. Salah satunya yaitu baru disahkannya Undang-Undang No.23 Tahun 2019 tentang pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara. Undang-undang (UU) ini nantinya akan mengatur tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan pertahanan negara.
Prof. Bondan menghimbau bahwa “Bela negara tidak harus angkat senjata, tetapi bisa dengan berprestasi. Buat prestasi untuk Indonesia, harumkan nama Indonesia dan universitas.”
Era yang semakin maju membuat cara-cara doktrinisasi radikalisme juga berkembang. Informasi yang mudah masuk melalui internet salah satunya, membuat penangkalan radikalisme juga turut berkembang dalam melakukan pencegahan. M. Farid Sunarto, S.Pd, M.Si. selaku Ketua Solo Bersimfoni meyampaikan tentang nilai budaya lokal yang bisa digunakan untuk menangkal radikalisme terutama bagi milenial. Melalui Solo Bersimfoni M. Farid Sunarto, S.Pd, M.Si. beserta rekan-rekannya meramu nilai-nilai lokal yang disebut Hasthalaku.
Hasthalaku terdiri dari Tepa Slira (tenggang rasa – Solidarity), Lembah Manah (rendah hati – Humble), Andhap Ashor (berbudi luhur – Virtuous), Grapyak Semanak (ramah tamah – Friendly), Gotong Royong (Saling membantu – Helpfulness), Guyub Rukun (kerukunan – Harmony), Ewuh pekewuh (saling menghormati – Mutual Respect), dan Pangerten (saling menghargai – Compassionate). Kedelapan nilai ini dijadikan dasar Solo Bersimfoni dalam melaksanakan kegiatannya.
Komunitas yang bergerak bersama dengan pemuda-pemudi di Solo ini memiliki program-program yang menyebarkan nilai-nilai toleransi kepada masyarakat. Salah satu hasil yang telah dibuat oleh Solo bersimfoni adalah video durasi pendek yang menceritakan tentang bahwa menolong orang (melakukan donor darah) tidak harus melihat apa agama dari seseorang yang akan di tolongnya. Selain itu Solo Bersimfoni juga aktif melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah untuk melakukan sosialisasi kepada siswa-siswi di Soloraya.
Semakin mengerucut materi terakhir disampaikan oleh Dr. Izza Mafruah, S.E, M.Si mengenai pendidikan karakter. Terdapat empat dimensi penting yang perlu diperhatikan dalam pendidikan karakter yaitu etika, literasi, estetik dan kinestetik. Keempatnya dapat dilatih dengan melakukan olah hati, olah pikir, olah rasa dan olahraga. Apabila dilakukan dengan maksimal maka seseorang akan memiliki karakter yang baik.
“Pendidikan karakter adalah belajar seumur hidup di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja dan dengan apa saja,” pesan penutup Dr. Izza Mafruah, S.E, M.Si kepada audiens. Humas/Ratri

Skip to content