UNS jadi Tuan Rumah Seminar Nasional oleh Imbasadi

UNS – Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah se-Indonesia (Imbasadi) menyelenggarakan seminar nasional di Aula Gedung F FKIP UNS pada Jumat (13/3/2020). Seminar ini mengusung tema Urgensi Tradisi Lisan Sebagai Upaya Penguatan Kebudayaan Tradisional di Tengah Masyarakat Global. Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kebudayaan, dari Sabang sampai Merauke pasti memiliki kebudayaan yang berbeda. Pada era modernisasi saat ini, penguatan kebudayaan memang harus dilakukan agar tidak tergerus oleh zaman dan generasi yang akan datang dapat menikmati kebudayaan tradisional yang sudah melekat sejak nenek moyang.

Dua Program Studi yang tergabung dalam Imbasadi yaitu Prodi Sastra Daerah FIB UNS dan Prodi Pendidikan Bahasa Jawa FKIP UNS. Pada tahun ini, UNS terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan kegiatan tahunan ini.

Ketua Panitia Seminar, Oktavian menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan agenda tahunan dalam rangkaian Sarasehan Imbasadi. “Seminar ini diikuti oleh 14 universitas yang tersebar dari Sumatera hingga Maluku. Selain seminar, terdapat juga rangkaian acara lain seperti lomba karya tulis, poster, dan pemilihan putra-putri Imbasadi,” tambah mahasiswa semester 4 tersebut.

Seminar ini merupakan salah satu dari rangkaian acara Sarasehan Imbasadi 2020 yang berlangsung hingga 16 Maret 2020. Sebanyak 15 perguruan tinggi turut hadir dalam seminar ini, beberapa perguruan tinggi yang hadir yaitu UNS, UGM, USU, Undiksha, UI, UNY, Unpati, Unnes, IHDN, Unpad, STKIP Muhammadiyah Kuningan, UPGRIS, dan UGNP. Tiga pemateri turut dihadirkan dalam seminar ini, yaitu dosen Ilmu Sejarah UNS, Drs. Suharyana, peneliti dari Balai Bahasa Jawa Tengah, Ery Agus K., M.Hum., dan dosen Pendidikan Bahasa Jawa FKIP UNS, Rahmat, M.A.

Salah seorang pemateri memaparkan pentingnya cerita lisan seperti dongeng sebagai sarana pembelajaran. Banyak pesan dan pelajaran yang dapat diambil dari cerita-cerita lisan. Masyarakat pada masa lampau sudah mengenal budaya tulis dan lisan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya manuskrip-manuskrip berbahasa daerah yang tersebar di seluruh Nusantara. Manuskrip yang ada biasanya terbuat dari kulit kayu, daun, lontar, dan kulit binatang.

“Nilai-nilai luhur dalam tradisi lisan akan selalu menjadi kontrol sosial dalam interaksi antarmanusia, antara manusia dengan alam, antara manusia dirinya sendiri, dan antara manusia dengan Tuhannya. Sebuah negara akan mempertahankan identitas sosialnya ketika masyarakatnya tetap mengikuti arus globalisasi dan modernisasi tanpa meninggalkan atau melupakan akar budayanya” papar Ery Agus K., M.Hum. Humas UNS/Bayu

Skip to content