Purwadi Sutanto, Direktur Pembinaan Kependidikan Kemendikbud, Bicara Kurikulum 2013

Dulu ia sering belepotan tinta saat menyalin lembar catatan untuk teman-temannya. Ia,sang ketua kelas jurusan Didaktik Kurikulum, FKIP UNS angkatan 78, juga suka mengajak teman-temannya urunan untuk membeli kertas dan menyalin ketimbang memfotokopi. Kini ia menduduki posisi penting di Kementerian Pendidikan.

IMG_20140303_171304 Dialah Drs. Purwadi Sutanto,M.Si.. Latar belakang keluarganya yang datang dari keluarga pendidik menjadi salah satu pertimbangan Purwadi memilih jurusan tersebut sewaktu mendaftar kuliah. Impiannya saat itu, “ Saya ingin menjadi guru.” Mendaftar tahun 1978, Purwadi menamatkan kuliah di UNS pada tahun 1983. Purwadi muda mengaku bukan mahasiswa teladan. Ia bercerita tentang kegiatannya selain kuliah, ”hanya” mengikuti perkumpulan mahasiswa tingkat fakultas, senat, dan kumpul bersama teman-teman senior mengurusi masjid. “Saya dulu ikut organisasi sampai ke Jogja bergabung dengan LSM pemberdayaan masyarakat di sana. Kalau ada uang sedikit saja, sudah dialokasikan untuk kegiatan, “ kenang Purwadi.

Sosok pria kelahiran Klaten 53 tahun silam ini, kini menjelma menjadi sosok yang patut diperhitungkan. Ia menjabat sebagai Direktur Pembinaan PTK Dikmen, Ditjen Dikmen. Purwadi tidak lagi belepotan mengurusi kertas-kertas untuk kawannya. Ia memang “gagal” menjadi pendidik di sekolahan tetapi justru mengurusi pendidik; guru dan tenaga kependidikan. Posisinya sekarang menuntut tanggung jawab atas pemberian pembinaan; mulai dari masalah karir, masalah kualifikasinya termasuk mengurusi bantuan-bantuan seperti bantuan buku. Bisa dikatakan tugasnya di kementerian adalah meningkatkan kualifikasi dan kompetensi pendidik.

       Berbicara dengannya tentang kurikulum 2013 yang sedang ramai dibicarakan, Purwadi menganggap kurikulum tersebut adalah terobosan yang luar biasa dari kementerian dalam rangka mempersiapkan generasi emas di masa mendatang. Dengan kurikulum 2013 anak didik ditantang untuk lebih kreatif, lebih inovatif dan lebih siap untuk menghadapi tantangan global. Didukung model pembelajaran discovery learning mereka lebih siap menghadapi tantangan di depan. Anak-anak juga diajarkan dengan cara menyenangkan. “Kalau dulu lebih berpusat kepada guru, sekarang pengajaran berpusat kepada anak didik. Kurikulum di SD tidak lagi hanya mengacu pada mata pelajaran tetapi tematik, lebih integratitif, supaya mereka tidak gagap menghadapi dunia mereka sehari-hari,” papar Purwadi lewat sambungan telepon.

Buku bagi Purwadi merupakan bagian penting dalam pengajaran. Ia menyadari buku babon kurikulum 2013 memang belum sempurna. “Buku-buku tersebut sedang direvisi dan hampir selesai. Dan nanti akan dibagikan kepada seluruh siswa seluruhnya, gratis. Begitu juga buku untuk guru,” jelas Purwadi. Lebih lanjut ia menerangkan,”Tetapi guru juga boleh mencari referensi dari mana saja dalam rangka menyempurnakan.” Jawaban tersebut dirasa memberi titik terang bagi para pendidik di Indonesia yang kini sedang gelisah mencari buku pendamping.

Disinggung masalah pendidikan di daerah terdepan, tertinggal, terluar atau sering disebut 3T, Purwadi berpendapat , kurang meratanya pendidikan di sana akibat sentuhan yang kurang maksimal. Kedepannya ia berharap, anak didik di perkotaan maupun di remote area mendapat akses yang sama, paling tidak mendapatkan buku ajar yang sama sebagai akses mendapatkan informasi. “Guru di daerah 3T juga akan ditatar, dilatih sama dengan guru-guru lainnya. Kalau kemarin guru masih seadanya, kesulitan mencari buku ke sana kemari serta mendapat buku-buku dari penerbit yang kemungkinan belum standar.”

       Sebelum pada titik sekarang, Purwadi telah mengemban banyak amanah dalam perjalanan karirnya. Sederet jabatan, pernah ia emban mulai dari Kasi Tenaga Pengajaran Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1998); Kasi Kerjasama Antar Lembaga Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2001); Kasi Perencanaan Program Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2004); Kasubdit Program dan Evaluasi Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2009). Dan sekarang ia menduduki jabatan yang patut dibanggakan sebagai Direktur Pembinaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Menengah, Direktorat Jenderal Dikmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang di lantik pada Oktober 2013 lalu.

Ditanya tentang harapan tentang UNS di kemudian hari, Purwadi merasa perkembangan kampus almamaternya mengalami perkembangan pesat. Meskipun belum setua UGM, UNS harus bisa menjadi kelas dunia dan mampu mewujudkan cita-cita go international. Alasan Purwadi sederhana, “Jadi siapapun bisa kuliah di UNS dan merasa bangga kuliah di dalamnya karena mutu UNS yang bagus.” Ia memaknai mutu bagus tidak hanya dilihat dari sarana dan prasarana meski keduanya mendukung. “ Tetapi dilihat juga mutu dosennya,” imbuh Purwadi.

Di akhir perbincangan melalui telepon, Purwadi berpesan kepada kepada adik-adiknya di UNS agar senantiasa tetap belajar, “Tugas mahasiswa ya belajar. Belajar belajar belajar dan belajar. Kita harus belajar sampai kapanpun dan di manapun. Meskipun saya sudah bekerja saya juga tetap belajar. Kita harus menyesuaikan dengan kondisi-kondisi zaman. Ibaratnya kalau ilmu saya waktu yang saya dapat dulu sekarang sudah tidak ketemu, sudah ketinggalan.[anna red.uns.ac.id]

Skip to content