Edy Tri Sulistyo

Dr. H. Edy Tri Sulistyo, M.Pd.

Lahir di Purwodadi/Grobogan, 17 Juli 1956. Pria yang memiliki NIP 195607171986011002 adalah staf Pengajar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS. Riwayat pendidikan tinggi yang berhasil ditempuh adalah tahun 1982 lulus sarjana (S-1) dari IKIP Semarang pada bidang ilmu: Pendidikan Seni Rupa, tahun 2003 berhasil menyelesaikan master (S-2) dari Universitas Sebelas Maret pada bidang ilmu: Teknologi Pendidikan, dan pada tahun 2012 telah berhasil menyelesaikan program Doktor (S-3) dari Universitas Sebelas Maret untuk bidang ilmu: Linguistik Minat Utama: Pragmatik. Judul dan ringkasan disertasi disajikan dalam 2 (dua) versi bahasa Indonesia dan English sebagai berikut.

 

KAJIAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SÊRAT WÉDHATAMA KARYA KGPAA MANGKUNAGARA IV

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tindak tutur direktif dalam Sêrat Wédhatama karya Mangkunagara IV secara pragmatik terutama: (1) jenis tindak tutur direktif, cara pengungkapannya, kesantunan, implikatur dan daya pragmatik; (2) kepribadian Mangkunagara IV dan latar belakang penuturannya; (3) pemahaman dan tanggapan masyarakat terhadap Sêrat Wédhatama.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kritik holistik pada studi kasus tunggal terpancang (embedded case study research). Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah keseluruhan teks Sêrat Wédhatama. Sumber data tersebut dikaji dari faktor objektif, afektif dan genetiknya. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan (purposive sampling). Teknik pengumpulan data objektif dan genetik dengan teknik kepustakaan, data afektif dengan wawancara mendalam (in-depth interviewing), sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis kritik holistik dan analisis pragmatik. Validasi data yang digunakan yakni trianggulasi data (data triangulation).

Berdasarkan analisis dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) tindak tutur direktif yang ditemukan sebagai berikut: (a) Request (meminta, mengajak, dan mendorong) terdapat 5 subtindak tutur (4,2 %); (b) Question (bertanya) hanya 1 subtindak tutur (0,8 %); (c) Suggestion (memerintah, menghendaki, menyarankan) 15 subtindak tutur (12,5 %); (d) Prohibitive (melarang, membatasi, mengkritik) 8 subtindak tutur (6,7 %); (e) Permissive (menyatakan, memberitakan) 10 subtindak tutur (8,3 %); (f) Advisories (menasihati, memberi petunjuk, memberi pesan, memberi pelajaran) 81 subtindak tutur (67,5 %); penerapan dan cara pengungkapannya disampaikan dengan menerapkan himbauan melalui sanépa atau kiasan dan cara penuturannya disampaikan dengan cara tidak langsung atau penuh dengan samudana/kiasan, kesantunan yang disampaikan sesuai dengan model kesantunan Brown dan Levinson yang menunjukkan skala peringkat jarak sosial, status sosial, dan rank rating yang didasarkan atas kedudukan relatif antara penutur dan mitratutur; serta implikatur dan daya pragmatiknya yakni nasihatnya dapat mempengaruhi pembaca atau masyarakat. (2) KGPAA Mangkunagara IV adalah seorang pemimpin di Pura Mangkunagaran yang terkenal dalam bidang pemerintahan, perekonomian, dan kebudayaan khususnya budaya keraton/Jawa, hal ini menjadi latar belakang tuturannya dalam Sêrat Wédhatama. (3) Tanggapan masyarakat terhadap tindak tutur direktif dalam Sêrat Wédhatama yakni isinya penuh dengan nasihat, petunjuk, pesan moral, ajaran yang sangat berguna bagi para pembaca atau masyarakat pada umumnya, terutama yang berhubungan dengan kehidupan baik di dunia maupun mempersiapkan dirinya menuju kehidupan akhirat.

Implikasi yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah munculnya motivasi bagi peneliti dan para pembaca hasil penelitian ini untuk tetap menghargai atau melestarikan hasil budaya pujangga keraton. Para pembaca/masyarakat akan berusaha untuk memperbaiki perilaku kehidupan dalam keseharian di dalam keluarga maupun di lingkungannya, sehingga menjadi manusia yang memiliki moral yang baik dan mendapatkan rida dari Tuhan Yang Maha Esa.

Skip to content