3S untuk Nano Technology

SOLO – Aplikasi perkembangan nano technology menyaratkan minimal tiga hal, yakni: Smart, Speed, dan Small. Ketiga hal itulah yang kini membuat nano technology berkembang pesat meninggalkan era transistor.

“Semenjak digantinya transistor atau semikonduktor, teknologi bergerak menuju nano technology,” kata Dr. Agus Supriyanto, Chairman of International Conference of Physics and its Aplications (ICOPIA) 2012, di sela-sela welcome dinner di gedung Rektorat UNS Solo, Selasa (2/10/2012) malam.

Dia menjelaskan, nano technology perlu menjadi basis untuk perkembangan high technology ke depan. Untuk itu, kajian tentang nano science dan nano technology untuk saat ini harus terus dieksplorasi dan diperbanyak. “UNS pun harus terlibat dalam pengembangan nano technology tersebut,” ungkapnya.

Dalam pengembangan itu, lanjut Agus, perlu sebuah kolaborasi riset antarnegara mitra dan berbagai institusi di Indonesia. Itu pun tentu harus dibarengi oleh kebijakan pemerintah untukmendukung pengembangan nano technology.

Agus juga menuturkan, untuk di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) sendiri sudah memiliki kelompok riset material energi untuk pembuatan material sel surya atau sensor. Bahkan, FMIPA UNS mulai tahun 2010 dan 2011 mendapatkan grant untuk pengadaan alat dan itu sudah mendukung aktivitas tentang advance material dan nano science.

Dia menyebutkan, alat-alat itu, seperti: scanning electron microscopy (SEM) untuk melihat tentang ukuran-ukuran nano, SMB untuk melihat tentang struktur kristal pada material nano, dan AMM untuk melihat tentang struktur nano.

Konferensi ke-6 yang pernah diselenggarakan FMIPA itu menghadirkan beberapa pakar dari internasional. Seperti Prof. Osamu Nakatsuka dari Nagoya University yang memaparkan nano teknologi untuk pembuatan mosfed pada IC (integrated circuit) elektronik. Sedangkan Prof. M. Mat Saleh dari Universiti Kebangsaan Malaysia memaparkan materi cenderung ke pemanfaatan nano science organik dengan ukuran quantum dot yang aplikasinya ditujukan untuk sensor gas dan light emitting diode (LED).

Sementara dari Prince of Songkala, Thailand, hadir Prof. Supasarote Muensit dengan pemaparan materi lebih ke piezzo yang digunakan sebagai energi harvesting convercy dari getaran menjadi listrik dari teknologi nano. Dan Prof. Ari H. Ramelan dari UNS memaparkan materi lebih ke sel surya organik menjadi energi terbarukan dengan menggunakan bahan alam di indonesia.

Diinformasikan oleh Agus, ICOPIA 2012 dihadiri oleh 73 peserta dari berbagai negara seperti Malaysia, Thailand, Jepang, Inggris termasuk di antaranya beberapa universitas di dalam negeri.[]

Skip to content