Di Solo, Kadar Debu Meningkat 600 Persen

Debu vulkanik sebagai dampak erupsi gunung Kelud memicu peningkatan kadar debu di udara. Di Solo, peningkatan kadar mencapai hingga 600 persen atau 6 kali lipat dari batas normal.

Menurut hasil uji lapangan yang dilakukan di Jalan Slamet Riyadi, Jalan Ahmad Yani, dan kampus UNS ditemukan bahwa kadar debu PM 10 atau partikulat debu berukuran diameter aerodinamik di bawah 10 mikron sebanyak 920 mikrogram per meter kubik, PM 1 sebanyak 15 mikrogram per meter kubik, debu PM 2,5 sebanyak 35 mikrogram per meter kubik. “Progresivitas ini bisa picu penyakit yang lebih parah,” kata Kepala Program S-2 dan S-3 Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret (UNS) Prabang Setyono, Jumat (14/2).

Untuk mencegah partikel debu tersebut terhirup, tutur Prabang, masyarakat agar mengenakan masker dengan tingkat porositas sangat kecil. Masker yang disyaratkan minimum mampu menyaring debu PM 2,5. Namun, harga masker untuk debu PM 2,5 tergolong mahal. “Yang banyak digunakan masyarakat seperti masker hijau hanya mampu menyaring debu PM 10,” tuturnya.

Dampak yang timbul jika debu PM 10 terhirup akan mengganggu fungsi bronkiolus. Bahkan, debu PM 2,5 bisa menembus paru-paru lebih dalam hingga mencapai alveolus. Yang paling berbahaya adalah jenis debu PM 1. Debu ini bisa menjangkau jaringan yang sangat dalam.

Prabang berujar bahwa debu vulkanik ini mengandung silika dengan permukaan yang tidak teratur dan tajam. Silika dalam tubuh tidak bisa larut dalam darah. Sifat dan bentuk inilah yang bisa menimbulkan luka dalam jaringan tubuh jika terhirup.[]

Skip to content