FMIPA UNS Gelar Tarhib Ramadan

FMIPA UNS Gelar Tarhib Ramadan

UNS — Dalam rangka menyambut Ramadan, Takmir Masjid Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyelenggarakan kajian tarhib Ramadan. Kajian ini bertempat di Masjid FMIPA UNS, Jumat (1/4/2022).

Takmir Masjid FMIPA menghadirkan Ustaz Irfan Abu Nazar, M.Ag. yang juga merupakan dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) di FMIPA UNS sebagai narasumber. Dalam ceramahnya, Ustaz Irfan mengatakan bahwa dalam menyambut Ramadan harus disertai dengan perasaan senang.

“Dalam keseharian kita sering mendengar ucapan Marhaban ya Ramadan. Marhaban berasal dari jata rahb yang artinya lapang atau luas. Oleh karena itu, marhaban biasanya merujuk pada penggambaran menyambut tamu dengan dada yang lapang, penuh kegembiraan, dan persiapan,” jelasnya.

Lebih lanjut Irfan mengatakan bisa juga diartikan sebagai tempat istirahat atau rest area dalam rangka mempersiapkan perjalanan berikutnya.

“Marilah kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam mengisi Ramadan dengan sepenuh hati sehingga mencapai bekal yang cukup untuk bekal di hari akhir. Ramadan dapat juga diartikan sebagai madrasah rohani sehingga rohani seseorang semakin baik,” imbuh Irfan.

Dalam Ramadan juga terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qodar.
“Mengapa Lailatul Qadar ditaruh diakhir? Ini karena dalam mencapai atau menggapainya kita harus mempersiapkan diri dari awal. Maka di akhir Ramadan kita sudah mencapai kedudukan atau maqom tertentu,” terangnya.

Ia mengutip istilah Quraish Shihab bahwa hanya orang-orang yang telah mempersiapkan diri sejak awal Ramadan yang bisa bertemu dengan malam Lailatul Qadar.

“Bisa jadi setiap orang ingin bertemu dengan Lailatul Qadar, tapi Lailatul Qadar hanya mau bertemu dengan orang yang sudah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya,” lanjut Irfan.

Ia menambahkan bahwa puasa juga dapat digunakan untuk membangun integritas. Orang yang sedang berpuasa tidak akan membatalkan puasanya meski tidak dilihat orang karena yakin bahwa Allah maha melihat.

“Jika kita menyadari bahwa setiap gerak langkah kita diawasi oleh Allah, maka setiap langkah dan gerak kita senantiasa menjadi berhati-hati, tidak mau melanggar perintah dan larangan Allah karena semua akan dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya,” jelasnya.

Disamping itu, puasa juga bermakna sebagai tanggung jawab sosial sehingga harapannya setelah ditempa selama satu bulan dapat lebih peduli terhadap keadaan atau kehidupan sosial. Irfan berharap kesempatan tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan semangat yang luar biasa.

“Jangan sampai ibadah puasa berlalu seperti hari-hari biasa. Maka ketika rencana yang baik selama Ramadan bisa kita laksanakan, pantaslah bagi kita untuk merayakannya karena dengan seperti itu kita telah kembali kepada fitrah,” pungkas Irfan. Humas UNS

Reporter: Bayu Aji Prasetya
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content