Guru Besar FEB UNS Paparkan Transformasi Ekonomi dalam Rangka Akselerasi Investasi di Indonesia

Guru Besar FEB UNS Paparkan Transformasi Ekonomi dalam Rangka Akselerasi Investasi di Indonesia
Guru Besar FEB UNS Paparkan Transformasi Ekonomi dalam Rangka Akselerasi Investasi di Indonesia

UNS — Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Izza Mafruhah memaparkan transformasi ekonomi dalam rangka akselerasi investasi di Indonesia. Hal ini disampaikan dalam forum diskusi publik nasional yang diselenggarakan oleh FEB UNS yang bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI pada Selasa (30/3/2021).

Dalam mengawali pembahasan, Prof. Izza mengulas secara singkat krisis yang pernah melanda Indonesia seperti krisis politik, krisis perbankan, krisis ekonomi hingga krisis kesehatan.

“Kalau kita lihat lebih dalam lagi, krisis yang dihadapi tidak semuanya jatuh. Ada yang bangkit tumbuh di antara krisis. Beberapa usaha yang jatuh karena adanya krisis salah satunya pariwistaa dan transportasi. Ada usaha yang berkembang dengan pesat khususnya usaha yang berhubungan dengan teknologi infornasi, kuliner, dan kesehatan. Yang berada diantaranya keduanya antara lain bergerak pada sektor pendidikan dan pertanian,” jelasnya.

Ia juga membagi imunitas dunia usaha menjadi empat kuadran berdasarkan kekuatan produksi dan pemasaran. Pada kuadran 1, dunia usaha tidak dapat memproduksi dan memasarkan sedangkan kuadran 2 dapat memproduksi tetapi tidak dapat memasarkan. Selain itu, pada kuadran 3 tidak dapat memproduksi tetapi dapat memasarkan dan pada kuadran 4 dapat memproduksi serta dapat memasarkan.

“Hal yang menjadi pokok permasalahan antara lain kesulitan memasarkan produk, distribusi, suplai bahan baku, dan pembiayaan. Ada satu binaan kami di Sukoharjo ketika menghadapi pandemi, Ia membagikan mesin tenunnya kepada pekerja-pekerjanya karena pada awal pandemi ada pembatasan aktivitas. Usahanya malah berkembang pesat, tenaga kerja bisa bekerja di rumah sambil mendampingi anak-anak belajar, dapat mengurangi biaya listrik dan biaya makan,” terangnya kembali.

Prof. Izza menilai kebijakan pemerintah dari aspek supply dan demand sudah bagus. Ketika awal pandemi, banyak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sehingga daya beli masyarakat menurun. Namun, pemerintah berusaha memberikan bantuan-bantuan untuk meningkatkan kembali daya beli masyarakat. Ia berharap demand dan supply dapat mendorong perekonomian bergerak lebih cepat lagi.

“Pada awal pandemi, kita ada pada posisi rescue yang mana masyarakat membutuhkan edukasi dan sosialisasi tentang Covid-19 agar tidak muncul kesimpangsiuran informasi. Setelah itu, kita memasuki fase stabilisasi dan recovery, masyarakat mulai berdamai dengan Covid-19 melalui adaptasi kebiasaan baru. Selanjutnya development, perekonomian berangsur mulai tumbuh degan berbagai macam aktivitas ekonomi. Terakhir growth, kondisi ketika ekonomi tumbuh dan lekas pulih,” paparnya.

Guru Besar FEB UNS Paparkan Transformasi Ekonomi dalam Rangka Akselerasi Investasi di Indonesia

Guru Besar FEB UNS tersebut berpendapat bahwa transformasi ekonomi tidak dapat berdiri sendiri karena berkaitan dengan aspek sosial, budaya, lingkungan fisik, ruang, dan wilayah. Indonesia merupakan negara dengan jumlah pulau lebih dari 17.000 pulau sehingga transformasi ekonomi tidak dapat berjalan sama karena setiap daerah memiliki kondisi wilayah dan potensi berbeda.

“Kalau kita lihat, peta potensi sudah sangat luar biasa disiapkan pemerintah karena menekankan pada kawasan ekonomi khusus di mana masing-masing wilayah mendapat investasi sesuai potensi yang ada. Kita sebagai negara di Asean menjadi nomor 5 dalam bidang infrastruktur karena luas dan panjang wilayah Indonesia luar biasa,” terangnya.

Sebelum menutup pemaparan, Prof. Izza berpesan kepada seluruh peserta agar turut berkontribusi dalam mengolah  investasi yang ada di Indonesia. Terlebih, salah satu tantangan dalam bonus demografi adalah luas wilayah yang mencakup dari Sabang sampai Merauke. Humas UNS

Reporter: Bayu Aji Prasetya
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content