Guru Besar UNS Bersama Sandiaga Uno dan Achmad Zaky Bahas Dampak Covid-19 Terhadap UMKM

UNS – Guru Besar Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta membahas kondisi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah akibat pandemi Coronavirus Disease (Covid-19). Bahasan tersebut disampaikan langsung oleh Guru Besar UNS Bidang Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian (FP) UNS, Prof. Darsono.

Dalam webinar bertajuk ‘Dampak Covid-19 Terhadap UMKM di Indonesia (Khususnya di Soloraya)’ yang digelar pada Kamis (9/4/2020) malam, Prof. Darsono mengibaratkan pandemi Covid-19 seperti tsunami. Perumpamaan itu disampaikan Prof. Darsono bukan tanpa alasan, sebab berkaca pada fakta dan data Covid-19 telah menjangkiti ratusan negara di dunia, baik lintas kawasan maupun lintas benua.

“Satu hal yang perlu kita nilai bersama ibarat tsunami, pandemi ini adalah tsunami awal yang menerpa peradaban manusia yang melintasi berbagai negara dan benua. Bahkan, dampaknya juga dirasakan langsung hingga ke kampung-kampung,” ujar Prof. Darsono memulai jalannya webinar.

Dengan ditetapkannya status kesehatan dunia sebagai pandemi Covid-19 oleh World Health Organization (WHO), Prof. Darsono mengungkapkan kekhawatirannya terhadap terputusnya rantai pasok produksi dan konsumsi akibat ‘shock’ dalam kegiatan perekonomian terutama di wilayah Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten atau biasa disebut ‘Subosuka Wonosraten.’

Selain itu, Prof. Darsono juga merinci sektor-sektor ekonomi yang menjadi penopang utama kehidupan warga di Soloraya. Perincian tersebut dilakukan sebab tipologi ekonomi di setiap daerah berbeda-beda.

“Misalnya di Klaten itu yang dominan adalah pertanian. Tapi, level pendidikan masyarakatnya tinggi. Ada tipologi yang berbeda maka proses penanganan data di lapangan harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing agar tidak salah sasaran,” lanjut Prof. Darsono.

Wilayah ‘Subosuka Wonosraten’ yang masih di dominasi sektor pertanian dan industri tersebut dinilai oleh Prof. Darsono memiliki berbagai keunggulan dan kekurangan. Bagi sektor UMKM, pandemi Covid-19 bisa dimanfaatkan untuk tetap menjalankan roda usaha sebab UMKM merupakan salah satu sektor usaha yang fleksibel. Berbeda dengan sektor industri besar yang memiliki kesulitan bila harus ‘banting setir’ di tengah kondisi krisis.

Senada dengan yang disampaikan Prof. Darsono, Founder Bukalapak Achmad Zaky, mengatakan bila UMKM punya keunggulan saat harus bertahan menjalankan roda usahanya di tengah kondisi krisis.
“Salah satu ciri UMKM yang paling unggul adalah kecepatan dan kelincahannya banting setir. Hari ini jualan bakso, besok bisa jualan yang lain. UMKM bisa memanfaatkan kondisi seperti sekarang ini dengan menjual produk-produk vitamin, kesehatan, dan bahan pokok,” ujar Achmad Zaky.

Sebagai pendiri dari salah satu e-commerce terbesar di Indonesia, Achmad Zaky menyebut bila dampak yang dirasakan oleh pelaku bisnis online tidak sebesar yang dirasakan pelaku bisnis offline. Pada faktanya, saat bisnis online pertumbuhannya hanya mencapai 5% maka bisnis offline dapat merasakan pertumbuhan hingga 50%. Namun, hal tersebut perlu diantisipasi sebab dalam kondisi krisis yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat, bisnis offline dapat mengalami penurunan yang sangat signifikan ketimbang bisnis online.

Untuk mengantisipasi penurunan tersebut, Sandiaga Uno, meminta agar pelaku UMKM dapat menyediakan barang kebutuhan sehari-hari dan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat. Selain untuk menjawab kebutuhan masyarakat, cara itu dinilai Sandi sebagai cara terbaik bagi UMKM untuk bertahan.

“Ada peluang-peluang baru kaya jamu, masker, alat pelindung diri, dan vitamin. Krisis itu bisa menghasilkan peluang selain masalah. Untuk 3 bulan kedepan akan banyak permintaan soal kebutuhan sehari-hari dan makanan,” ucap Sandi.

Di hadapan peserta webinar, Sandi memberikan sejumlah masukannya terhadap kondisi perekonomian Indonesia yang cukup terguncang akibat adanya wabah Covid-19.

“Pertama Cash is the King , kita amankan likuiditas dan solvabilitas. Potong biaya yang tidak perlu yang tidak ada pendapatannya, Kedua adalah Adapt to The New Normal. Kita harus cepat temukan peluang baru yang solutif dan masif. Optimalkan marketing, payment, dan fulfillment . Ketiga itu Survive Through Ecosystem kita harus perkuat mindset dan bangun jejaring. Manfaatkan perbankan dan bantuan pemerintah untuk mitigasi resiko usaha. Keempat itu Invest in This Time . Kita harus meningkatkan proses, kualitas, dan efisiensi. Dan terakhir yang kelima be the Calm In the Storm. Kita ingatkan diri kita agar jangan berencana terlalu jauh. Sekarang ini kondisi cepat berubah,” tutup Sandi. Humas UNS/Yefta

Skip to content