MGtC 2016: Ungkap Jejak Perjalanan Bangsa Lewat Museum

img_8625
Ravik pukul gong tanda MGtC 2016 resmi dimulai.

Museum Goes to Campus (MGtC) 2016 yang bertajuk “Menjaga Memori Kolektif Bangsa” merupakan kegiatan yang dimotori oleh Program Studi Ilmu Sejarah FIB. Kegiatan ini dilaksanakan mulai 8 sampai 13 November 2016 di Auditorium UNS dan selama 6 hari akan dibuka gratis untuk umum mulai pukul 9.00-17.00 WIB. Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Riyadi Santosa saat memberikan laporan kegiatan di pembukaan MGtC 2016 di depan auditorium mengatakan bahwa ada sekitar 22 museum dan lembaga yang menjadi peserta. Mereka datang dari  Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Sragen, Blitar, Sukoharjo, dan Surakarta.

Walikota Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo yang sambutannya disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata, Eni Tyasni Susana menuturkan bahwa museum memiliki peran penting dalam mengungkap jejak-jejak perjalanan suatu bangsa. Menurutnya, manusia yang hidup saat ini tidak akan bisa melihat sejarah perkembangan generasi pendahulu tanpa adanya tanda-tanda atau benda-benda yang ada di museum. “Kita juga harus mampu memberikan wacana kepada publik tentang pentingnya arti museum terhadap peradaban suatu bangsa,” terangnya. Pemahaman akan pentingnya museum untuk generasi sekarang dan mendatang, lanjutnya, perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah pusat, provinsi, dan daerah serta masyarakat.

Selain itu, dalam pembukaan juga hadir Direktur Permuseuman dan Pelestarian Cagar Budaya, Harry Widianto yang menyampaikan bahwa museum merupakan indikator kemajuan peradaban sebuah bangsa. Selain itu, ia juga mengutip apa yang disampaikan sejarawan berkebangsaan Inggris, Richard Ford yaitu bahwa kualitas masyarakat dapat dilihat dari kualitas museum. “Ini artinya apa? Bahwa museum itu adalah cerminan wajah kita, cerminan peradaban kita,” terangnya.

Ravik saat kunjungi salah satu stan museum.
Harry Widianto(batik coklat) bersama Ravik saat kunjungi salah satu stan museum.

Harry juga berbicara mengenai museum yang ada di Indonesia. Ada 428 museum yang pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/kota dan provinsi, serta swasta. Pihaknya melakukan standardisasi pengklasifikasian museum-museum tersebut ke tiga tipe, yakni A (baik), B (sedang), dan C (paling rendah), yang mana masih banyak museum di Indonesia masuk ke tipe B dan C, hanya beberapa yang masuk klasifikasi A.

Museum UNS

Lebih lanjut, Rektor UNS, Ravik Karsidi memberikan pandangan bahwa museum memiliki tiga dimensi, yaitu pendidikan, sarana refleksi sejarah dan prestasi masa lalu, serta sumber inspirasi untuk merancang dan membayangkan masa depan yang lebih baik. “Harapan kami, tiga dimensi museum ini bisa diraih di kegiatan MGtC yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya,” tuturnya.

Ravik sampaikan rencana pendirian Museum UNS.
Ravik sampaikan rencana pendirian Museum UNS.

Di kesempatan yang sama, ia mengatakan bahwa pihaknya pelan-pelan sedang mengupayakan pendirian Museum UNS yang saat ini tempatnya sudah disiapkan di lantai 3 Gedung UPT Perpustakaan. “Ke depan, kita akan membangun khusus gedung Museum UNS,” janjinya.

Rencana yang disampaikan Ravik tersebut disambut baik oleh Harry Widianto yang kedatangannya sebenarnya mewakili Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid. “Sudah banyak hitam putih peristiwa yang dialami UNS, dan itu sangat pas untuk diwujudkan dalam sebuah museum,” dukungnya. Ia berjanji akan mendukung proses realisasi rencana tersebut yangmana museum itu akan diresmikan pada perayaan Dies Natalis UNS ke-41.[](dodo.red.uns.ac.id)

Skip to content