Inovatif, Mahasiswa UNS Sulap Daun Kenikir Jadi Sabun Cuci Piring

UNS – Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tegal Giri Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali berhasil menyulap daun kenikir menjadi sabun cuci piring. Bahkan dibawah binaan mahasiswa KKN UNS tersebut, Desa Tegal Giri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali kini bersiap miliki Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) baru, dengan produk sabun cuci piring ekstrak daun kenikir.

Salah satu mahasiswa KKN UNS di Desa Tegal Giri, Nuha Faizatunisa mengatakan, di desa tersebut kebanyakan warga menanam kenikir. Selama ini daun kenikir hanya dimanfaatkan untuk sayur dan dikonsumsi. Lalu ada juga yang hanya dijual dipasar dalam bentuk mentah. Padahal tanaman kenikir di desa tersebut melimpah. Dari situlah mahasiswa KKN di desa tersebut berputar otak untuk memanfaatkan daun kenikir supaya bisa memiliki nilai lebih. Lalu Nuha bersama dengan teman-temannya berinovasi membuat sabun dengan bahan alam kenikir. Ekstrak kenikir ini bisa dibuat sabun. Ampasnya juga bisa dimanfaatkan untuk pembuatan sabun padat dan masker. Tapi mahasiswa KKN ini memilih untuk membuat sabun cuci piring.

“Kami memilih mengolah kenikir menjadi sabun cuci piring bukan tanpa alasan. Sabun padat dan masker digunakan langsung menyentuh kulit sehingga harus diuji secara klinis sebelum digunakan untuk manusia. Sehingga kalau digunakan manusia risikonya lebih besar,” terang Nuha.

Untuk menghindari hal tersebut, Nuha bersama dengan temannya memilih mengolah daun kenikir menjadi sabun cuci piring. Karena penggunaannya untuk benda. Pengujiannya juga tidak susah, sehingga bisa langsung diproduksi dan dipasarkan.

Nuha menambahkan, Daun kenikir mengandung zat saponin. Jika daun ini diperas, maka akan keluar busa. Busa ini berasal dari zat saponin tersebut. Ini lah alasan daun kenikir bisa diolah menjadi sabun cuci piring. Untuk membersihkan lemak dan minyak, zat saponin saja tidak cukup. Perlu ditambahkan zat kimia lain yaitu betain.

“Betain ini berfungsi untuk membunuh kuman, minyak, dan kotoran yang menempel di piring. Kami sudah buktikan sendiri, sabun cuci dari kenikir bisa membersihkan sisa santan, gorengan, dan lemak. Bersih seperti menggunakan sabun cuci biasanya,” jelas Nuha.

Untuk membuat sabun cuci sebanyak 30 liter, hanya diperlukan satu liter ekstrak kenikir. Ditambah dengan sodium sulfat, NaCL, sodium lauril sulfat, betain, dan CMC. Proses pembuatannya, semua bahan kimia direndam terlebih dahulu masing-masing. Setelah larut, satu per satu dicampurkan menjadi satu.

“Kamudian daun kenikir dipotong-potong, dimasukkan blender, dan ditambahkan air. Setelah tercampur, daun kenikir disaring. Pisahkan ampasnya dari cairannya. Sehingga hanya ekstraknya yang diambil. Lima hari sebelumnya, CMC harus direndam dulu. Ini berfungsi sebagai pengentalnya. Selama lima hari itu harus diaduk terus. Baru dicampurkan bahan lainnya,” terang Nuha.

Pencampuran di awali dengan sodium lauril sulfat, kemudian dicampurkan CMC. Baru setelahnya ekstrak kenikir. Saat sudah tercampur, akan menghasilkan warnanya hijau kekuningan. Tapi masih keruh. Warna ini tidak bagus untuk packaging jika sudah diproduksi. Sehingga di tahap akhir bisa diberi pewarna. Daun kenikir yang dipakai tiap kali produksi yaitu sebanyak tiga ikat. Satu ikatnya seharga Rp 3.000. Dan ketika sudah jadi sabun cuci piring, harga jualnya yaitu Rp 15.000 untuk 500 mililiter. Humas UNS

Skip to content