Asah Potensi Anggota Baru, Wiswakarman Gelar Pentas Kolaborasi Bareng BKKT dan UPKD UNS

UNS – Tiga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Tradisi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar pentas kolaborasi dengan tajuk Pentas Laborat Erucakra di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Kamis (20/6/2019). Wiswakarman, untuk kali pertama menggandeng BKKT UNS dan UPKD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

“Sebenarnya ini kan agenda tahunan di internal Wiswakarman untuk mengasah dan mengembangkan potensi anggota baru Wiswakarman dalam pembuatan pementasan. Persiapan bibit-bibit unggul. Jadi rata-rata pemain dan tim produksi dari angkatan baru. Tetapi tahun ini kita coba kolaborasi dengan teman-teman BKKT UNS dan UPKD FKIP, dengan inisiator tetap dari Wiswakarman. Harapannya terjalin kerekatan hubungan dari ketiga UKM ini selama proses persiapan, sehingga bisa lebih menyatu untuk berkarya dan memberikan sumbangsih bagi UNS,” tutur Marshela, Ketua Panitia.

Selain itu, pementasan ini juga bertujuan untuk membangun komunikasi dengan masyarakat sekitar dan memberikan hiburan kepada mereka.

“Hal ini menjadi bukti bahwa generasi milenial masih cinta budaya. Selain itu, di sini kita juga membedayakan masyarakat. Tidak hanya dari mahasiswa UNS saja yang datang, tetapi dari masyarakat umum sekitar UNS pun turut hadir,” ujar Dekan FIB UNS, Prof Warto dalam sambutannya.

Pentas ini disutradarai oleh Kukuh Setia Widodo, mahasiswa Satra Daerah 2017, yang juga penulis naskah.  Ia menuturkan bahwa pemilihan tajuk Erucakra yang berarti ratu adil  bertepatan dengan momen Pemilihan Presiden di Indonesia yang memang sedang mencari pemimpin yang adil. Pangeran Diponegoro merupakan sosok pemimpin adil yang digambarkan dalam pementasan ini.

“Pentas ini mengangkat dua hal pokok, yaitu pengangkatan Raden Mas Menol menjadi sultan di usia 2 tahun sebagai bentuk permainan politik penguasa, saat itu dengan kolonial Belanda. Kemudian mengenai penerapan pajak tanah yang tidak prorakyat, hal ini menggambarkan korupsi yang merajalela di Indonesia. Ada juga guyonan-guyonan khas ketoprak dan obrolan rakyat yang mengandung pesan tertentu, seperti pangkat iku mung titipan (jabatan itu hanya titipan). Itu pesan untuk para pemimpin saat ini agar lebih bijak dalam memimpin,” jelas Kukuh yang baru kali pertama menjadi sutradara dan menulis naskah. Humas UNS/ Kaffa

Skip to content