Kamu Tertarik Bikin Startup? Ini Kiat Suksesnya

UNS – Saat ini banyak anak muda Indonesia yang tertarik membangun perusahaan rintisan atau dikenal dengan start up. Meski begitu, mendirikan start up bukanlah sesuatu yang mudah. Untuk itulah, beberapa pendiri start up sukses ini bertemu dalam acara “Fintech Goes To Campus” di Gedung GPH Haryo Mataram, Universitas Sebelas Maret (UNS), Sabtu  (09/03/2019).

Mereka adalah Rama Notowidigdo (Co-Founder Awan Tunai dan Sayur Box, Eks CPO Gojek), Johnny Widodo (Direktur OVO) dan Wesley Harjono (Presdir Plug n Play). Ketiga pembicara dihadirkan untuk berbagi pengalaman dan tips dalam membangun startup.

  1. Problem Solving

Langkah paling awal membuat start up adalah mulai dari masalah. Rama Notowidigdo mengatakan penting memikirkan masalah apa untuk menciptakan solusi. Masalah bisa
ditemukan di lingkungan sekitar. Seperti halnya perusahaan ojek online yang kini menjadi populer, bukan karena pemasaran melainkan karena aplikasinya benar-benar dapat mengatasi masalah nyata yang ada di lingkungan. Aplikasi tersebut mampu menjadi penghubung antara pengemudi dengan penumpang, sehingga penumpang bisa lebih mudah mendapatkan transportasi.

Rama juga bercerita bagaimana dia memulai start up-nya setelah mengetahui betapa tingginya bunga peminjaman petani lokal. Kemudian dia membuat jasa keuangan berbasis teknologi (fintech) sebagai solusi atas masalah tersebut. Hasilnya banyak petani yang merespon positif.  

“Mulailah dari masalah, dimana kita menjadi penyelesai masalahnya,” kata dia.

  1. Pilihlah Sesuai Passion

Butuh keuletan dan kesungguhan dalam membangun start up. Karena itu, Wesley Harjono menyarankan untuk memilih bidang yang sesuai dengan passion agar tidak mudah bosan.

“Mendirikan start up itu tidak mudah. Jadi harus ada passion di situ dan komitmen,” kata dia.

  1. Jangan Menunda Rencana

Jika punya rencana untuk membangun start up, lakukan segera dan jangan menundanya. Demikian kata Direktur OVO Johnny Widodo.

“Saat ingin membangun start up, mungkin Anda akan berpikir untuk bekerja di sebuah perusahaan terlebih dulu. Tapi jika terlalu lama di sana, ada namanya comfort zone. Jadi  Anda merasa nyaman dan tidak ingin meninggalkannya,”  ungkap Johnny. Humas UNS/Mia

Skip to content