Melalui Sahabat Kapas, Mahasiswa UNS Menjadi Kakak Bagi Anak-Anak di Penjara

UNS – Mahasiswa dituntut untuk selalu peka terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya. Sebagian masyarakat juga berpandangan bahwa mahasiswa turut mengambil peran sebagai agen perubahan. Terpanggil oleh rasa kemanusiaan, Uthie Awamiroh, mahasiswa Program Studi (Prodi) Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UNS menjawab semua persoalan tersebut dengan memutuskan untuk bergabung dengan Yayasan Sahabat Kapas.

Sahabat Kapas merupakan Non-Governmental Organization (NGO) yang memiliki fokus pada anak-anak yang berada di penjara. Saat ini, Yayasan Sahabat Kapas bertempat di Karanganyar, Jawa Tengah. Perempuan yang akrab disapa Uthie ini mengaku bahwa ia mulai tergabung dengan Sahabat Kapas pada awal Januari 2018 yang lalu.
“Awal gabung di Sahabat Kapas karena awalnya magang, pas ada di Sahabat Kapas selama 2 bulan terus jadi tertarik, ternyata pas magang lagi open recruitment relawan, karena tertarik terus daftar pas awal 2018 lalu, tepatnya bulan Januari,” terang Uthie.

Perempuan yang berasal dari Purworejo ini mulai tertarik dengan Sahabat Kapas karena yayasan tersebut sering mengunjungi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kutoarjo yang berada di Purworejo. Dari situ, ia ingin tahu lebih mendalam mengenai Sahabat Kapas beserta perannya. Maka, ketika magang ia memutuskan untuk tergabung dalam Sahabat Kapas.

Sahabat Kapas memiliki 3 program utama yakni rehabilitasi sosial, promosi hak anak dan social enterprise Sahabat Kapas. Disitu, Uthie tergabung dalam relawan pendamping anak yang terjadwalkan setiap 2 pekan sekali di hari Sabtu. Sahabat Kapas sendiri memiliki program di beberapa tempat yakni LPKA Kutoarjo (tempat Uthie magang sekaligus menjadi relawan), Rutan Solo, LAPAS Klaten, dan LPKA Wonosari di Yogyakarta. Biasanya, untuk mencapai LPKA Kutoarjo, Uthie harus rela bangun Subuh agar tidak tertinggal kereta.

Selama pandemi ini, kegiatan-kegiatan di Sahabat Kapas beralih menjadi daring. “Selama pandemi kita alihkan online semua kecuali yang memang bisa offline. Tentunya, dengan protokol kesehatan yang ketat ya. Salah satunya, konseling online untuk teman-teman yang ada di LPKA maupun yang udah bebas. Beberapa kali kita juga ngadain sekolah advokasi remaja, yang udah jalan dulu untuk Forum Anak Jateng, pendamping di beberapa komunitas yang bergerak di isu anak dan perempuan, lalu yang baru selesai kemarin untuk temen-temen Forum Anak Solo. Promosiin tentang kekerasan berbasis gender atau isu anak di live instagram kapas juga. Kemarin juga baru launching photostory di webnya Sahabat Kapas,” terang Uthie.

Dengan kepeduliannya itu, Uthie menjadi sadar bahwa penting untuk memanusiakan manusia, tidak hanya melihat suatu masalah dari satu sisi kemudian langsung menghakiminya.
“Aku ngutip dari apa yang selalu dikatakan oleh Mbak Dian yang punya Sahabat Kapas, anak-anak pelaku juga korban, korban dari lingkungan, keluarga, atau teman sebaya. Bukan berarti menganulir kesalahan mereka, hanya saja belajar memanusiakan manusia,” pungkas Uthie. Humas UNS

Reporter: Zalfaa Azalia Pursita
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content