MESP UNS: Pengembangan Ekonomi Pariwisata dan Lingkungan Perlu Libatkan Masyarakat

UNS – Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan (MESP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan kegiatan diskusi daring yang bertajuk Visiting Lecture dengan tema Ekonomi Pariwisata dan Lingkungan dengan menghadirkan narasumber Agni Alam Awirya, M.S.E. pada Kamis (7/5/2020). Acara yang menghadirkan 24 peserta tersebut, sebagian besar diikuti oleh mahasiswa MESP dan beberapa dosen. Substansi dari diskusi tersebut adalah saling bertukar pikiran mengenai penelitian ekonomi pariwisata dan lingkungan yang telah dilakukan oleh narasumber.

Agni mengatakan bahwa masalah utama dari ekonomi pariwisata dan lingkungan adalah bahwa hal tersebut adalah barang publik yang memiliki eksternalitas yang menyulitkan untuk diestimasi namun terdapat beberapa metode evaluasi yang dapat diaplikasikan untuk mengestimasi seperti Travel Cost Methods, Hedonic Price, Contingent Valuation, dan Benefit Transfer.

“Masalah utama dari ekonomi pariwisata atau ekonomi lingkungan adalah bahwa ekonomi pariwisata merupakan barang publik yang memiliki eksternalitas yang mungkin kita mengalami kesulitan untuk mengestimasi,” terang Agni.

Selanjutnya, Agni menjelaskan bahwa pemeliharaan lingkungan wisata dapat ditempuh dengan keterlibatan masyarakat lebih luas. Masyarakat harus aktif dalam menjaga lingkungan sekaligus mendapatkan manfaat dari kegiatan pariwisata. Pengembangan wisata merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar destinasi wisata.

Selain itu, pariwisata dapat diorganisir dengan baik. Sebagai contoh implementasi, dapat dilihat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), disana terdapat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang turut mengambil peran dalam mengorganisasi pariwisata. Pengelola pariwisata dapat juga menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi (PT) yang melibatkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Pada diskusi ini, Agni berpendapat bahwa terdapat 3 hal yang dapat diupayakan guna memelihara lingkungan wisata diantaranya dengan memberlakukan tarif wisata yang lebih tinggi bagi pengunjung untuk biaya pengelolaan lingkungan wisata.

“Ekonomi pariwisata bukan sekadar pengalaman mengunjungi tempat namun ada tanggung jawab secara sosial dan secara emosional merawat lokasi yang dikunjungi, termasuk kesediaan untuk membayar lebih mahal. Peran ekonomi pariwisata adalah untuk memangkas aspek negatif dari pariwisata massal,” jelas Agni.

Selanjutnya disebutkan bahwa indikator pariwisata berkelanjutan dapat dibangun dengan cara memanfaatkan sumber daya lingkungan secara optimal, menghormati keaslian budaya sosial masyarakat tuan rumah, dan memberikan manfaat sosial ekonomi bagi semua pemangku kepentingan yang terdistribusi secara adil, termasuk di dalamnya adalah kesempatan kerja yang stabil dan berkontribusi pada pengurangan angka kemiskinan.

Di sisi lain, Agni menjelaskan bahwa upaya meningkatkan kunjungan wisatawan tidak hanya mengandalkan tujuan wisata utama namun penting juga untuk pengembangan kawasan wisata pendukung (peripheral area). Pengembangan wisata pendukung diharapkan dapat meningkatkan pilihan tujuan wisata sehingga memperpanjang durasi tinggal wisatawan dan dapat mendorong perkembangan ekonomi lokal dengan memanfaatkan momentum peningkatan kunjungan wisatawan.

Menyinggung kondisi lokasi wisata di masa pandemi Covid-19, Agni melihat dengan wabah ini, terdapat keseimbangan alam yang terjadi. Lokasi wisata alam tampak lebih segar dan bersih. Usai pandemi, masyarakat dapat memilih wisata alam sebagai wahana wisata yang menarik untuk dikunjungi. Humas UNS/Zalfaa

Skip to content