Peduli Kesehatan Ibu Hamil, Alumnus UNS Inisiasi SEKOCI

UNS – Melalui Sekolah Komplementer Cinta Ibu atau SEKOCI, salah seorang alumnus Kebidanan Universitas Sebelas Maret (UNS), yakni Rizka Ayu Setyani, SST., MPH., memberikan kontribusinya bagi dunia kesehatan. Khususnya kesehatan ibu hamil dan menyusui yang ia inisiasi pada awal 2020 lalu.

Dalam perbincangan dengan uns.ac.id, Rizka pun menjelaskan bahwa SEKOCI bukanlah komunitas atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Melainkan sebuah inovasi pengembangan Kelas Ibu Hamil yang pertama kali dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Depok II di Desa Condongcatur, Sleman hingga berlanjut ke Puskesmas Gedong Tengen, Yogyakarta.

Sebagaimana kata ’komplementer’ yang melekat pada namanya, SEKOCI hadir untuk melengkapi dan menambahkan asuhan kebidanan atau materi yang belum ada di Kelas Ibu Hamil. Seperti pijat bayi dan senam bayi, pijat ibu hamil yang bisa dilakukan oleh suami, perawatan kehamilan, self healing, lalu bagaimana membangun ikatan antara ibu dan anak.

“Ada juga kelas yoga untuk melepas stres dan agar ibu hamil lebih rileks. Di sini kita mengajarkan para ibu untuk melakukan semua itu secara mandiri. Kami pun menekankan partisipasi aktif dari para ibu,” jelas Rizka, Senin (19/10/2020).

Tidak sendiri, Juara II Putri Solo 2011 ini memulai SEKOCI bersama dua rekan sesama dosen Unriyo yang merupakan tempatnya mengajar saat ini. Awal 2020 lalu, mereka berhasil memperoleh dana Program Hibah Dikti hingga kemudian bermitra dengan Puskesmas Depok II dan Puskesmas Gedong Tengen untuk beberapa tahun ke depan.

Namun, pada Februari 2020 Rizka dan kawan-kawan terlebih dahulu memulai program di Puskesmas Depok II yang merupakan pilot project-nya. Sementara itu, program di Gedong Tengen dimulai pada Juli 2020.

Rizka menuturkan, pemilihan Puskesmas Depok II menjadi tantangan tersendiri untuk mengajak ibu-ibu hamil di sana lebih aktif.

“Kunjungan atau pemeriksaan satu orang ibu hamil itu 4 kali. Tapi ibu-ibu hamil di sana tidak semua menyelesaikan pemeriksaan tersebut. Oleh karenanya, kami melakukan inovasi dan juga mengajak kader untuk turut bergerak,” ujar Rizka.

Saat ditanya perihal tantangan, Rizka mengungkapkan tahap awal membutuhkan kerja lebih keras. Yakni bagaimana menyusun perencanaan awal, advokasi ke Puskesmas, dan meyakinkan mereka bahwa program ini penting dan dibutuhkan.

Kendati demikian, antusiasme terhadap program ini sangat baik di mana pertemuan tatap muka sudah terlaksana tiga kali untuk Puskesmas Depok II. Dikarenakan pandemi Covid-19, kelas ini berlanjut dengan kelas daring ataupun webinar melalui Zoom Cloud Meetings, maupun Instagram SEKOCI dan Youtube ‘SEKOCI Indonesia’.

Kelas daring inilah yang kemudian juga menjadi tantangan Rizka, dan kawan-kawan. Namun, tanpa disangka kelas daring tersebut justru memperoleh antusiasme luar biasa. Tidak hanya dari Puskesmas mitra, tetapi juga dari berbagai daerah di Indonesia.

“Setelah dibuka untuk umum, banyak yang tertarik. Satu kali kelas daring bisa 50-60 orang, bahkan sampai 90 peserta,” tambah Rizka.

Di sisi lain, adanya kelas daring ini membuka kesempatan kolaborasi yang lebih lebar. Bahkan, para peserta pun diberi kesempatan untuk konsultasi daring dengan para pengajar pada setiap minggunya.

Tidak hanya para ahli di bidang kesehatan, SEKOCI juga berkolaborasi dengan psikiater, lalu Chef yang membahas perihal makanan sehat tapi enak untuk ibu hamil dan menyusui.

“Kita juga ada relawan pengajar dari berbagai wilayah Indonesia. Seperti dosen. Kami menyediakan dan menawarkan wadah untuk pengabdian secara daring. Terlebih di masa pandemi ini. Ada juga relawan fasilitator seperti moderator, admin, dan konten kreator,” terang Rizka.

Setelah keberjalanan SEKOCI, Rizka mengaku memperoleh pelajaran berharga meski awalnya tidak berekspektasi sejauh ini. Berprofesi sebagai dosen yang lebih banyak mengajar, ungkap Rizka, SEKOCI memberinya kesempatan untuk mengenal dan berkolaborasi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang.

“Harapan ke depannya, SEKOCI tidak hanya di Yogya saja. Tapi juga bisa hadir di kota-kota lain, diimplementesikan di wilayah lain dengan tetap Yogya sebagai pusatnya,” harap Rizka.

Selain Kelas Ibu Hamil, inovasi dilakukan dari segi teknologi dengan membuat ASIK (Aplikasi Sayang Ibu Bayi Komplementer) yang dapat digunakan para ibu hamil untuk memantau secara mandiri usia kehamilannya dan kapan tanggal lahirannya, laporan kader, sajian informasi untuk ibu hamil dan menyusui, serta untuk konsultasi. Humas UNS

Reporter: Kaffa Hidayati
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content