UNS Bersama Pelindo 3 Gelar Seminar Kemaritiman

Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bersama dengan Pelindo (PT Pelabuhan Indonesia) 3 menggelar seminar kemaritiman dalam kegiatan Pelindo 3 Goes to Campus, Sabtu (30/4/2016), bertempat di Aula Fakultas Hukum (FH) UNS. Seminar yang mengangkat tema “Peran Pemuda, Menyongsong Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia 2045” ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Yon Irawan, Sekretaris Perusahaan Pelindo 3; Bhima Rizky Samudro, akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS sekaligus pengamat ekonomi; dan Son Diamar, pakar kemaritiman Indonesia.

Kegiatan Pelindo 3 Goes to Campus sendiri dilatar belakangi oleh program tol laut yang digagas oleh pemerintahan Jokowi-JK, serta ketidaktahuan masyarakat mengenai dunia kemaritiman dan pelabuhan. Pelindo 3 merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam jasa layanan operator terminal pelabuhan. Sebagai operator terminal pelabuhan, Pelindo 3 mengelola 43 pelabuhan dengan 16 kantor cabang yang tersebar di tujuh provinsi di Indonesia meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Ketiga narasumber dalam Seminar Kemaritiman yang di gelar di Aula Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta pada hari Sabtu (30/4/2016). (dari kiri ke kanan) Bhimo Rizky Samudro, akademisi FEB UNS sekaligus pengamat ekonomi; Son Diamar, pakar kemaritiman; Yon Irawan, Sekretaris Pelindo 3; dan Juli Purnomo, moderator sekaligus mawapres UNS 2015.
Ketiga narasumber dalam Seminar Kemaritiman yang di gelar di Aula Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta pada hari Sabtu (30/4/2016). (dari kiri ke kanan) Bhima Rizky Samudro, akademisi FEB UNS sekaligus pengamat ekonomi; Son Diamar, pakar kemaritiman; Yon Irawan, Sekretaris Pelindo 3; dan Juli Purnomo, moderator sekaligus mawapres UNS 2015.

Dalam sambutannya, Toto Heli Yanto, selaku Dirut SDM dan Umum Pelindo 3 menjelaskan bahwa dengan adanya seminar ini dapat mengenalkan kepada generasi muda tentang kemaritiman dan pelabuhan. Karena meskipun 2/3 wilayah Indonesia berupa air, tetapi banyak masyarakat terutama pemuda Indonesia yang belum memahami tentang kemaritiman. Sehingga hal tersebut dapat membuat Indonesia kalah bersaing dengan bangsa asing.

“Kita adalah bangsa yang besar dan menjunjung tinggi keharmonisan. Namun, terkadang hal itu sering terlupakan atau dilupakan karena hal-hal yang kecil. Maka, dengan seminar ini kita bisa mulai mengungkit kembali hakekat jati diri kita sebagai bangsa yang besar, yang bernama Indonesia,” terang Darsono, selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNS dalam sambutannya.

Beberapa pembicara seperti Yon Irawan menjelaskan bahwa untuk memaksimalkan potensi kemaritiman Indonesia, perlu meningkatkan infrastuktur pelabuhan di Indonesia. Terutama karena Indonesia dilewati oleh sebagian kapal dunia, sehingga seharusnya bisa memanfaatkan kondisi tersebut. Selain itu, karena lamanya waktu untuk bongkar muat barang, maka perlu dibuat sebuah pelabuhan yang terintegrasi dengan kawasan industri, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya, seperti JIIPE (Java Integrated Industran and Port Estate) di Gresik, Jawa Barat.

Sedangkan Son Diamar menjelaskan tentang lima pilar kemaritiman, yaitu ekonomi (melalui bidang industri, pariwisata, pelayaran, perikanan, dan SDA mineral), sosial budaya (mengenal kemaritiman atau kembali berbudaya laut), pengelolaan wilayah (memperjelas batas-batas wilayah dan menetapkan pusat-pusat industri pesisir), pertahanan (wilayah laut di Indonesia rawan ancaman dari dalam maupun luar, sehingga harus mempunyai pertahanan yang baik), dan hukum (perlu adanya hukum kemaritiman, sehingga dapat mengurangi kesalahan dan menetapkan prosedur yang jelas).

Son Diamar juga menambahkan bahwa di tengah arus globalisasi seperti sekarang, ternyata mempunyai dampak positif jika bisa dimanfaatkan. Yaitu banyak industri di Eropa yang sedang menjalankan industri global menengah, artinya mereka hanya mengirimkan model dasar barang, lalu saat sampai di tengah jalan, baru mereka akan memasang seluruh kelengkapan barang. Istimewanya, Indonesia merupakan negara yang terletak di tengah, sehingga sering dilalui kapal-kapal industri Eropa, sehingga jika bisa memanfaatkan hal tersebut bisa membuat poros maritim dunia yang sejati.

“Kita sedang membangun sebuah kota seluas 7 ribu hektare yang bernama Bandar Kayangan di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kota ini diharapkan akan menjadi poros sejati maritim dunia, karena dekat dengan Selat Lombok (merupakan salah satu Alur Laut Kepuluan Indonesia), lalu akan dibangun pelabuhan terbesar yang terintegrasi dengan kawasan industri tetapi tetap ramah lingkungan, sehingga dapat dilewati oleh berbagai macam kapal atau global hub—bahkan kapal raksasa yang tidak bisa melewati Selat Malaka. Dan akan dibangun kilang minyak, sehingga dapat didistribusikan ke wilayah Indonesia bagian timur,” terang Son Diamar.

“Mari bersama-sama kita mewujudkan Negara Kepulauan yang maju, makmur, adil, kuat, dan mandiri. Kenali kemaritiman Indonesia, karena potensi maritim Indonesia bisa menjadikan Indonesia menjadi poros sejati maritim dunia,” tutup Son Diamar.[] (azaria.red.uns.ac.id)

Skip to content