Manfaatkan Peluang, Alumnus UNS Rintis Rahmat Pullet Farm

UNS — Berprofesi sebagai seorang wirausahawan, seperti membuka usaha peternakan atau usaha pengolahan hasil ternak, dapat menjadi salah satu pilihan bagi lulusan Program Studi Peternakan. Selain menerapkan berbagai ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah, pilihan tersebut turut membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat.

Kali ini, uns.ac.id pun berkesempatan untuk berbincang dengan Rahmat, alumnus Peternakan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang menggeluti usaha peternakan dengan merintis Rahmat Pullet Farm sejak duduk di bangku kuliah.

Pria kelahiran 1996 ini menuturkan, pada dasarnya ia memang menyukai hewan dan hal-hal yang berkaitan dengan hewan. Kesukaan itu pula yang mendorong Rahmat untuk menempuh studi di Prodi Peternakan, Fakultas Pertanian UNS pada 2014 lalu.

“Pilih UNS karena dekat dari rumah jadi bisa pulang pergi. Lalu aku juga suka hewan, apa saja. Pengennya dulu kedokteran hewan, tapi UNS belum ada jadi jatuhnya ke Peternakan. Jadi gak jauh-jauh dari yang disukai,” tuturnya, Selasa (6/7/2021).

Saat duduk di bangku kuliah, tepatnya di semester 4, inilah usaha tersebut bermula. Rahmat yang kala itu tengah membantu kegiatan dosen dan memiliki basic di bidang unggas, diminta untuk mencari pullet atau siapan bibit ayam petelur.

Berawal dari permintaan sederhana tersebut, Rahmat justru memperoleh ide untuk memulai berjualan pullet. Mulai dari 50 ekor, 100 ekor, 200 ekor, hingga terus dikembangkan menjadi usaha yang terletak di Ngemplak, RT.03/RW.08, Ngemplak, Genengan, Jumantono, Kabupaten Karanganyar saat ini.

Manfaatkan Peluang, Alumnus UNS Rintis Rahmat Pullet Farm

“Waktu itu belum pakai modal. Jadi ambil jual ambil jual gitu. Untuk sekarang penjualan pullet rata-rata bisa mencapai ribuan tiap bulannya,” imbuh Rahmat.

Namun, tentu saja peluang besar usaha ini yang menjadi pendorong utama Rahmat. Ia melihat data peternakan ayam ras petelur dari tahun ke tahun semakin naik. Pada tahun 2015 saat itu peternakan ayam ras petelur mencapai 150 juta ekor, kemudian naik menjadi 160 juta ekor pada tahun 2016.

Adanya kenaikan ini otomatis juga meningkatkan kebutuhan para peternak terhadap pullet. Rahmat mengasumsikan produksi ayam petelur itu 90 minggu, dengan demikian dibutuhkan 1,5 juta ekor pullet per minggu.

“Lihat kebutuhan pullet di Solo Raya juga tinggi. Dari situ terbersit peluangnya besar banget, tapi di peluang yang besar itu ya tantangannya juga gak main-main,” kata Rahmat.

Usaha Padat Modal

Tantangan pertama yang disebutkan Rahmat dalam menjalankan usahanya ialah persaingan dengan perusahaan-perusahaan besar. Biasanya mereka sudah memiliki divisi pullet sendiri. Kemudian, usaha di bidang unggas yang merupakan usaha padat modal, sehingga risikonya pun tinggi.

“Bisa dikatakan (red: usaha ini) mudah dipelajari, tapi juga memiliki padat modal yang tinggi risiko. Jadi manajemen pemeliharaan ayam itu harus benar-benar sesuai, harus bagus. Kalau sampai salah, kalau kena virus itu bakal jadi masalah juga,” terang Rahmat.

Selain itu, meski harga pullet cenderung stabil, harga pakan cenderung naik. Akan tetapi, selama pandemi Covid-19 berlangsung harga pullet memang sedikit kacau dan situasi pasar sulit ditebak. “Jadi harus benar-benar membaca situasi pasar.”

Utamakan Kualitas dan Edukasi Peternak

Berbicara perihal kunci keberjalanan usaha, Rahmat menyebut kualitas pullet yang terus dijaga sejak awal dan layanan edukasi bagi pelanggan sebagai jawabannya.

Rahmat Pullet Farm menjaga kulitasnya dengan memilih day old chicken (DOC) atau ayam berumur satu hari yang berkualitas super. Jika harus turun tingkatan, mereka akan memilih kualitas A yang tepat berada di bawah kualitas super.

“Keberhasilan pullet ini 30% dipengaruhi oleh genetik, 70% oleh manajamen. Ketika memilih kualitas DOC yang bagus, maka kita sudah menyumbang 30% keberhasilan. kita mulai dari pemilihan DOC. Ke depan manajemennya enak,” terang Rahmat.

Tidak kalah penting ialah layanan edukasi bagi para peternak yang menjadi pelanggannya. Menurut pengalaman Rahmat di lapangan, 80% peternak yang menjadi pelanggannya masih minim edukasi perihal pengelolaan usaha ternak. Banyak yang masih merupakan pemula dan merupakan pembelajar otodidak.

Manfaatkan Peluang, Alumnus UNS Rintis Rahmat Pullet Farm

Melihat hal itu, Rahmat Pullet Farm memberi pendampingan setiap minggunya selama masih diperlukan. Untuk wilayah Solo Raya, pendampingan biasanya dilakukan secara langsung di tempat peternak. Sementara untuk luar Solo Raya, pendampingan dilakukan secara daring.

“Jadi nggak kita biarkan, kita edukasi peternak-peternak agar pengetahuan mereka lebih banyak dan baik lagi. Otomatis dengan pengetahuan lebih bagus, manajemen lebih bagus, mereka tetap beternak. Peternak berkembang, Rahmat Farm berkembang,” jelas Rahmat.

Bekal ilmu selama belajar di Prodi Peternakan UNS pun sangat bermanfaat dalam pengelolaan usaha dan pemberian edukasi tersebut. Banyak hal dasar dan beragam teori yang menjadi landasan Rahmat, sehingga tidak hanya berbicara begitu saja tanpa dasar.

Di akhir, Rahmat pun berpesan kepada mahasiswa, khususnya adik-adik di Pertenakan UNS yang ingin menggeluti usaha serupa untuk dapat memulai sejak dini. Sama halnya dengan Rahmat yang merintis usaha sejak di bangku kuliah.

“Sesuatu yg tidak kita mulai dari sekarang, tidak akan jadi sesuatu di masa depan. Tentunya semua perlu dengan pertimbangan yang matang,” pungkasnya. Humas UNS

Reporter: Kaffa Hidayati
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content